Jakarta (ANTARA News) - Country Manager Trend Micro Indonesia, Andreas Kagawa, mengungkapkan bahwa industri kesehatan menjadi target kejahatan siber.

"Banyak sekali sekarang yang diserang perusahan asuransi yang menjual asuransi kesehatan," kata dia dalam temu media di Jakarta, Rabu.

Sebagai contoh, Andreas menyebut kasus yang dialami perusahan asuransi Anthem yang kehilangan data hingga 80 juta rekam data personal pelanggannya. Hal serupa juga dialami oleh perusahaan asuransi Premera Blue Cross.

"Healthcare industry saat ini sangat diminati oleh hackers karena menyimpan data pribadi yang paling lengkap. Bukan hanya data mendalam untuk penyakit sendiri tapi juga penyakit orang tua misalnya, untuk mengetahui rekam jejak penyakit pasien," ujar Andreas.

"Ini diperlukan karena saat ini semakin banyak orang yang menyediakan data curian mendorong hackers menyediakan data yang semakin lengkap dan unik untuk penadah data," sambung dia.

Secara global, pada 2015, Andreas mengatakan industri kesehatan menjadi target utama serangan siber. Dia menyebut sebanyak 26,9 persen kejahatan siber menyerang industri kesehatan.

Angka tersebut jauh lebih besar dibanding bidang pendidikan sebanyak 16,8 persen, pemerintahan sebesar 15,9 persen, serta retail dan finansial yang masing-masing 12,5 persen dan 9,2 persen.

Meski angka tersebut merupakan data secara global, menurut Andreas angka tersebut juga menunjukkan kondisi di Indonesia saat ini.

"Sampai sekarang agak kesulitan mendapat data di Indonesia karena kita cenderung tertutup, tidak seperti di luar negeri yang harus diumumkan, misal di AS memang punya kebijakan seperti itu," kata Andreas.

"Namun, logikanya, jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar buat hackers adalah suatu hal yang menarik," lanjut dia.

Sayangnya, Andreas melihat ke depannya tidak hanya industri kesehatan yang menjadi target kejahatan siber.

"Kami melihat 2015 ada suatu fenomena yang berubah dibandingkan sebelumnya, dan kami merasa tahun 2016 dan selanjutnya akan ada banyak hal yang baru," kata dia.

Lebih lanjut, Andreas menjelaskan penjahat siber telah merambah pemerintah seperti yang terjadi pada IRS Washington DC yang berhubungan dengan pajak, dan OPM yang memiliki data-data personal management masyarakat AS.

"Bahkan bisa mengganggu keharmonisan keluarga, seperti kasus bocornya data Ashley Madison," ujar dia.

"Yang paling merisaukan saya ada perusahaan yang membuat toy (mainan) dan game (permainan) untuk anak Vtech yang juga menjadi korban serangan siber," tambah dia.