Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin mengaku menikmati berinteraksi di media sosial, utamanya melalui Twitter. Alasannya, Menteri bisa berdialog dan mendapat wawasan baru terkait banyak hal.

"Kalau enggak salah, saya pertama pakai Twitter itu tahun 2009, diperkenalkan oleh keponakan saya, saudaranya Mbak Yenny Wahid, Ipang Wahid. Dia itu berkali-kali meyakinkan saya kalau sudah saatnya saya pakai media sosial, waktu itu saya sama sekali enggak mengerti soal media sosial," kata Lukman Hakim saat menghadiri ulang tahun Twitter ke-10 di Conservatory, Jakarta Pusat pada Senin malam.

Setelah mendapat masukan, Lukman pun kemudian membanding-bandingkan beberapa media sosial yang akan dipakainya, Facebook dan Twitter.

"Setelah saya banding-bandingkan, Twitter lebih asyik ya karena karakternya pendek hanya 140 huruf dan bisa berdialog serta berkomunikasi tanpa batas," kata Lukman yang memiliki akun Twitter @lukmansaifuddin dengan hampir 200 ribuan pengikut itu.

Setelah sekian tahun menggunakan Twitter, Menteri yang dikenal sering mencuit soal topik-topik kekinian seperti "baper" dan "gagal move on" itu justru merasa semakin tak tahu apa-apa.

"Setelah sekian lama main Twitter, tentu banyak kesan, tapi saya merasa kok semakin bodoh ya saya ini? Semakin sering main Twitter saya jadi semakin kenal banyak orang yang tahu tentang banyak hal dan saya semakin sadar saya ini semakin enggak mengerti tentang banyak hal. Sejak itu saya jadi jarang tidur, pulang kantor sering baca timeline. Twitter itu bisa dibilang sekolah kedua buat saya. Banyak orang berwawasan luas dan pengetahuan yang luar biasa di Twitter," katanya.

Soal topik-topik unggahan Twitter miliknya, Lukman mengaku mendapat inspirasi dari mana saja, termasuk kisah cinta salah seorang staff-nya di Kementerian Agama.

"Saat itu saya dapat cerita kalau ada salah seorang staff di Kemenag yang perilakunya ya begitulah, enggak bisa move on. Lalu saya pikir wah ini menarik, lalu saya Tweet. Tapi ternyata dapat banyak respon macam-macam. Itu tak ada hubungan sama sekali dengan perpolitikan padahal," katanya tertawa.

Lukman pun menuturkan, banyak yang menasihati dirinya soal cuitan-cuitannya di Twitter agar lebih disesuaikan dengan statusnya sebagai Menteri Agama.

"Banyak yang menasihati saya, tapi sulit juga saya turuti sebenarnya. Mereka bilang, Pak Lukman, sekarang Bapak ini Menteri, Menteri Agama lagi, kalau nge-tweet itu harus dipilih-pilih. Tapi saya kira, Twitter itu kan hiburan saya, saya harus jadi diri saya sendiri dan bisa mengekspresikan diri saya. Tapi nasihat itu ada betulnya, karena yang namanya sosial media itu kan selalu berganti dan kemampuan masyarakat menyerap itu beragam." Lukman pun enggan menggunakan jasa admin Twitter karena menurutnya tidak menyenangkan.

"Saya enggak habis pikir kalau ada akun pakai admin, ya itu aneh. Apa nikmatnya?" Katanya.