Rupiah Jumat pagi Rp13.027 per dolar
18 Maret 2016 10:44 WIB
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp13.027 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.047 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat pagi bergerak menguat sebesar 20 poin menjadi Rp13.027 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.047 per dolar AS.
"Bank Indonesia yang kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) menjadi salah satu pendorong bagi mata uang rupiah kembali bergerak di area positif," ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Bank Indonesia (BI) untuk ketiga kalinya pada tahun 2016 ini memangkas BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen, dari sebelumnya sebesar 7 persen pada Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Maret 2016.
Menurut dia, kebijakan Bank Indonesia itu menandakan proses pemulihan ekonomi domestik seiring dengan laju inflasi yang pada tahun ini diproyeksikan cukup terkendali, dan indikasi dari meredanya gejolak pasar keuangan global.
"Sentimen fluktuasi rupiah saat ini perlahan mulai bergerser ke dalam negeri, fundamental ekonomi domestik akan lebih menjadi perhatian investor pasar uang sehingga diharapkan optimisme perbaikan ekonomi dapat tetap terjaga," katanya.
Ia menambahkan bahwa paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah yang telah dikeluarkan diharapkan juga dapat segera diimplementasikan sehingga dampaknya dapat semakin terasa bagi perekonomian nasional.
"Pemerintah saat ini berusaha menggeser pendorong ekonomi dari yang berbasis komoditas ke peningkatan konsumsi domestik dan investasi melalui perbaikan infrastruktur," ujarnya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa naiknya harga minyak mentah dunia berdampak ke komoditas lainnya sehingga menambah sentimen positif bagi mata uang rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (18/3) pagi ini, berada di level 40,24 dolar AS per barel, naik 0,10 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 41,56 dolar AS per barel, menguat 0,05 persen.
"Rupiah berpotensi kembali menguat dipicu naiknya minyak mentah dunia serta dipangkasnya BI rate yang berpotensi memperbaiki prospek pertumbuhan di 2016," katanya.
"Bank Indonesia yang kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate) menjadi salah satu pendorong bagi mata uang rupiah kembali bergerak di area positif," ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Jumat.
Bank Indonesia (BI) untuk ketiga kalinya pada tahun 2016 ini memangkas BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,75 persen, dari sebelumnya sebesar 7 persen pada Rapat Dewan Gubernur BI pada 16-17 Maret 2016.
Menurut dia, kebijakan Bank Indonesia itu menandakan proses pemulihan ekonomi domestik seiring dengan laju inflasi yang pada tahun ini diproyeksikan cukup terkendali, dan indikasi dari meredanya gejolak pasar keuangan global.
"Sentimen fluktuasi rupiah saat ini perlahan mulai bergerser ke dalam negeri, fundamental ekonomi domestik akan lebih menjadi perhatian investor pasar uang sehingga diharapkan optimisme perbaikan ekonomi dapat tetap terjaga," katanya.
Ia menambahkan bahwa paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah yang telah dikeluarkan diharapkan juga dapat segera diimplementasikan sehingga dampaknya dapat semakin terasa bagi perekonomian nasional.
"Pemerintah saat ini berusaha menggeser pendorong ekonomi dari yang berbasis komoditas ke peningkatan konsumsi domestik dan investasi melalui perbaikan infrastruktur," ujarnya.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa naiknya harga minyak mentah dunia berdampak ke komoditas lainnya sehingga menambah sentimen positif bagi mata uang rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (18/3) pagi ini, berada di level 40,24 dolar AS per barel, naik 0,10 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 41,56 dolar AS per barel, menguat 0,05 persen.
"Rupiah berpotensi kembali menguat dipicu naiknya minyak mentah dunia serta dipangkasnya BI rate yang berpotensi memperbaiki prospek pertumbuhan di 2016," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: