Jakarta (ANTARA News) - Sebagai daerah tujuan wisata, Belitung dikenal dengan pantai-pantai berpasir putihnya nan indah. Apakah itu saja? Kalau kita mau agak lebih lama di sana, maka akan paham bahwa masih banyak lagi hal-hal menarik lain di sana, termasuk batik Belitung.
Saat momen gerhana Matahari total (GMT) pada Rabu (9/3) saja, Dinas Pariwisata Provinsi Bangka Belitung mencatat, sekitar 5.000 wisatawan mancanegara datang membanjiri Pulau Bangka dan Belitung. Sementara wisatawan lokal tercatat sebanyak 80.000.
"Angka itu sebenarnya masih terus tumbuh karena hingga saat ini kita masih terus melakukan pendataan, dugaan kita saat mengecek di Tanjung Kelayang, Belitung Timur, di Bangka Tengah dan Bangka Selatan, wisatawan dalam negeri sudah 80.000 saat GMT saja," kata Kepala Dinas Pariwisata Bangka Belitung, Tajuddin, kepada www.antaranews.com, Sabtu (12/3).
Batik De Simpor
Salah satu upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan adalah dengan menyediakan cindera mata khas daerah tersebut.
Belitung memang tak dikenal dengan tradisi membatik, namun, mantan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama mencetuskan batik khas Belitung dengan mendirikan galeri Batik De Simpor, di sebelah kediamannya di Jalan KA Bujang, Gantung, Belitung Timur. Tujuannya, agar daerahnya lebih banyak dikenal lebih luas lagi.
"Apa sih enggak bisa di-batikin? Muka Pak Bupati saja bisa di-batikin. Saya bilang, tetesan air di batu karang, kenapa? karena saya percaya tak ada hal yang tak mungkin di dunia ini," kata Basuri, beberapa waktu lalu di kediamannya di Gantung, Belitung Timur.
Daerah Bangka Belitung sebenarnya memiliki kain khas bernama Cual, atau yang dahulu dikenal sebagai Limar Muntok. Kain Cual berupa kain tenun yang proses pembuatannya cukup rumit dan memerlukan waktu panjang untuk membuatnya.
"Masyarakat kita, sebenarnya sudah sering kita ajari, dulu pernah diajari bikin kain Cual, bikin pewter dari timah, segala macam itu kesulitan," kata dia.
"Lalu saya punya pikiran kalay kita harus cari ibu-ibu yang lebih telaten dibanding pria, lalu kita latih lagi membuat aksesoris kecil-kecil tapi sering enggak jalan. Karena duitnya kecil, orang sini kalau duitnya kecil enggak mau. Itu masalah," kata Basuri.
Karena tabiat tersebut, Basuri mengatakan, 3.000 lebih orang pekerja di Belitung Timur berasal dari luar daerah.
"Pekerja bangunan, yang benerin jalan, pekerja sawit itu berasal dari luar Belitung semua. Maka kalau orang di sini teriak tak ada pekerjaan saya heran karena di sini, orang tak mau dibayar Rp60.000 sampai Rp75.000, ini masalah. Nach bagaimana caranya?," kata dia.
"Maka saya berpikir kita harus bikin industri yang bagaimana caranya masyarakat yakin ini ada duitnya. Jadi kita pilih batik karena ini kain lebih mudah, tinggal cap-cap lalu lukis-lukis sudah selesai bisa jual, harganya oke," kata Basuri.
Dalam satu tahun, rata-rata omzet galeri Batik De Simpor, menurut Basuri, bisa menembus Rp1 miliar.
Awal Mula
Sekitar periode 2010 hingga 2015 saat Basuri masih menjabat sebagai Bupati Belitung Timur, dia dan istrinya yang saat itu merupakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah, menggagas sebuah galeri yang mampu memberdayakan para ibu rumah tangga di wilayah itu.
"Jadi kita undang orang yang bisa batik, kita sewa dia dari Jakarta, kita kasih gaji Rp7,5 juta, tinggal di rumah dinas bupati, makan enggak bayar, nah dia latih ibu-ibu lokal kita," kata dia.
"Waduh, saat itu ampun-ampun deh, udah itu selesai, kita kirim ibu-ibu itu ke Cirebon dan ke Yogyakarta, untuk latihan lalu orang Yogya kita undang lagi untuk melatih, sehingga kita sudah bisa mulai, kita bisa membuat warna bagus dan juga bisa batik tulis, nach sekarang kita banyak kombinasi cap dengan tulis," katanya.
Hingga saat ini, di galeri Batik De Simpor, ada delapan orang pengrajin yang aktif, dari 10 pengrajin yang sempat dikirim ke Jawa pada awal pendirian galeri.
Motif Khas Belitung
Yang membedakan Batik Belitung dan batik di daerah lain adalah motifnya yang khas daerah tersebut. Motif dipilih mulai dari flora dan fauna khas Belitung hingga ikon-ikon khas daerah itu seperti Perahu Kater dan lain-lain.
"Inspirasi bisa datang dari mana saja untuk menciptakan motif batik. Misalnya saya lagi ke hutan melihat bunga bagus lalu saya foto, saya kasih ke anak supaya digambar dan sama istri lalu dibuat motif," kata Basuri.
Beberapa motif Batik Belitung di antaranya: kembang dan daun simpor (daun pohon khas Belitung), daun katis rambai, pelanduk (kancil), sahang (lada), buah keremunting (buah sejenis anggur khas Belitung), ikan cempedik (sejenis ikan air tawar yang hidup di Belitung, dan banyak ditemukan di perairan Sungai Lenggang di Belitung Timur),.
Juga motif gelas kopi yang asapnya mengepul, trenggiling, dan motif plilian atau hewan khas Belitung timur, tarsius. Motif-motif itu sudah dipatenkan pemerintah.
Meningkatkan Perekonomian
Suatu siang, beberapa wanita sibuk di Galeri De Simpor. Seolah kompak menjaga ritme, dua orang wanita dengan gesit mencelupkan cetakan kayu batik ke dalam sebaskom malam lalu menempelkannya dengan pasti pada selembar kain merah yang membentang di hadapan.
Sementara tiga orang sibuk melukis malam menggunakan canting pada kain mori putih yang sudah digambar pola.
"Gampang-gampang susah membuat batik," kata wani (42) warga Desa Sukamandi, Belitung Timur, salah seorang pengrajin di gerai Batik De Simpor.
Wani dan kawan-kawannya sudah bergabung menjadi pengrajin batik sekitar lima tahun. Dia menuturkan, dengan menjadi pengrajin, dirinya bisa menikmati pendapatan tetap berupa gaji senilai hampir Rp2 juta setiap bulannya.
"Kalau mendengar gaji saya, tetangga banyak yang mau ikut. Tapi ada juga yang enggak mau karena harus melewati serangkaian pelatihan," kata ibu dua anak itu.
Berkat bergabung menjadi pengrajin batik, Wani yang suaminya hanya bekerja sebagai buruh bangunan lepas, kini bisa menyekolahkan anak sulungnya hingga ke jenjang perguruan tinggi di Bogor.
Wani mengatakan dia merasa sangat beruntung memiliki keahlian membatik, meski setiap pagi dia harus mengayuh sepedanya selama setengah jam dari desanya menuju galeri.
Menurut Fredy Wiranata (20), salah seorang staff galeri bagian penjualan, motif yang paling laris di Galeri De Simpor adalah motif daun dan bunga Simpor. Rata-rata harga kain batik ukuran 2,3 meter kali 1,15 meter adalah Rp250.000 untuk batik satu warna. Batik kombinasi cap dan tulis terdiri dari tiga warna seharga Rp300.000.
"Paling mahal adalah batik dari kain sutera yang ditulis, bermotif keremunting seharga Rp1,5 juta," katanya.
Pemerintah Provinsi Bangka Belitung mendorong batik Belitung dengan cara memberikan ruang pamer.
"Kita sudah secara rutin mengadakan pameran untuk memberi kesempatan supaya batik Belitung lebih dikenal, bukan hanya di daerah tapi juga kalau ada pameran di luar daerah sering kita bawa juga," kata Kepala Dinas Pariwisata Babel, Tajjuddin.
Pengembangan Selanjutnya
Setelah batik, Galeri De Simpor akan mengembangkan kerajinan batu satam sebagai komoditas oleh-oleh khas Belitung Timur.
"Nah saya rasa ini masyarakat mulai ngeh kalau ini ada duitnya, dan mau ikut, kalau kita lihat cindera mata juga banyak selain batik, ada makanan, juga batu satam. Kalau dulu khan kami bingung mau jual tapi enggak ada tempat, nah sekarang wadahnya sudah ada," kata Basuri.
Batu satam, kata Basuri, memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
"Orang di kampung percaya batu satam ini hidup, kalau mau kilap, malam direndam air, besok mengkilap karena dia ditanam di daerah pasir yang basah. Dulu, dukun-dukun di kampung merendam batu ini di air, jadi ini bertuah katanya," kata Basuri.
Dia lalu menunjukkan batu satam yang merupakan batu meteorit yang jatuh di pantai-pantai Belitung itu.
Mengukir sejarah batik Belitung
Oleh Ida Nurcahyani
17 Maret 2016 18:45 WIB
Jajaran kain batik Belitung dengan motif-motif khas daerah tersebut dipamerkan di Galeri De Simpor, Gantung, Belitung Timur. (www.antaranews.com/Ida Nurcahyani)
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: