Jombang, Jawa Timur (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Pandjaitan, meminta pondok pesantren ikut berpartisipasi aktif memberantas peredaran narkoba.

"Bahaya narkoba besar dan tidak ada ukuran agama, muda, tua, orang biasa. Tidak usah kaget jika ada pejabat yang terkena. Saya titip supaya semua bisa antisipasi penyalahgunaan narkoba," katanya, saat mengunjungi Pondok Pesantren Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu malam.

Ia menyayangkan ada pejabat terlibat penyalahgunaan narkoba, di antaranya Bupati Ogan Ilir (OI), AW Nofiadi, dan dari hasil tes urin ternyata positif mengandung narkoba. Bahkan, adanya temuan itu bisa saja terjadi pada pejabat lain.

Selain masyarakat umum, narkoba juga menyusup ke santri. Modusnya diberikan pil atau permen untuk vitamin. Santri yang mengonsumsi tidak sadar, dan baru mengetahui jika ia mengonsumsi narkoba dalam kondisi sudah kecanduan. Di Jatim bahkan terdapat laporan narkoba masuk ke santri.

"Jika saraf rusak, generasi muda hilang. Narkoba ini lebih berbahaya ketimbang terorisme. Untuk itu, memberantas narkoba tidak bisa sendirian, tapi bersama-sama," ucapnya.


Indonesia memiliki badan khusus penanggulangan narkoba, yaitu BNN yang kini dipimpin Budi Waseso, yang digadang-gadang dinaikkan status instansinya menjadi setingkat kementerian. Pemerintah sangat mendorong hal ini terwujud.



Waseso, secara terpisah, juga menegaskan saat ini Indonesia sudah darurat narkoba. Dalam kondisi darurat tersebut, dia menilai perlu pelibatan TNI.