Pemerintah dorong ekspor vaksin ke Arab Saudi
16 Maret 2016 22:54 WIB
ilustrasi Calon Haji Petugas Puskesmas menunjukkan vaksin meninghitis yang akan disuntikkan pada seorang calon haji di Puskesmas Merdeka Palembang, Sumsel, Senin (25/8/2014). (ANTARA FOTO/Feny Selly)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan bersinergi dan mencari terobosan baru untuk meningkatkan ekspor vaksin ke Arab Saudi setelah negeri Petro Dolar tersebut berencana untuk meningkatkan impor produk itu dari Indonesia secara bertahap.
"Pemerintah akan bersinergi mencari terobosan baru untuk dapat membantu peningkatan ekspor vaksin," kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, Gunawan, dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Rencana peningkatan impor tersebut terjadi setelah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, Bio Farma, memproduksi vaksin yang berhasil lulus kualifikasi World Health Organization (WHO).
Bio Farma merupakan satu-satunya perusahaan dari Indonesia yang mendapatkan predikat tersebut.
Menurut Gunawan, berdasarkan data "trade statistics for international business development" 2014, Indonesia telah berhasil mengekspor produk vaksin ke seluruh dunia senilai lebih dari 114 juta dolar Amerika Serikat, sementara Arab Saudi mengimpor vaksin dari seluruh dunia senilai lebih dari 270 juta dolar AS.
Sementara itu, Corporate Secretary Bio Farma, Rahman Rustan, menyatakan saat ini jenis vaksin yang telah diekspor ke Arab Saudi masih terbatas pada vaksin DT, Polio, dan Pentabio (DTP-HepB-HiB). Namun, nantinya diharapkan jenis vaksin lainnya juga dapat menembus pasar Timur Tengah.
Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Maura Linda Sitanggang, Bio Farma telah memasok ke lebih dari 130 negara di dunia dan termasuk ke 49 negara Islam. Proses pemasaran dilakukan secara bilateral juga melalui UNICEF.
Bio Farma pun aktif dalam kegiatan misi dagang yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan ke Timur Tengah.
Peran aktif Pemerintah dan Bio Farma pada sidang tahunan Organisasi Konferensi Islam (OKI) awal Maret 2016 lalu diharapkan dapat meningkatkan peran Indonesia di level Internasional.
"Pemerintah akan bersinergi mencari terobosan baru untuk dapat membantu peningkatan ekspor vaksin," kata Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah, Gunawan, dalam siaran pers yang diterima, Rabu.
Rencana peningkatan impor tersebut terjadi setelah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, Bio Farma, memproduksi vaksin yang berhasil lulus kualifikasi World Health Organization (WHO).
Bio Farma merupakan satu-satunya perusahaan dari Indonesia yang mendapatkan predikat tersebut.
Menurut Gunawan, berdasarkan data "trade statistics for international business development" 2014, Indonesia telah berhasil mengekspor produk vaksin ke seluruh dunia senilai lebih dari 114 juta dolar Amerika Serikat, sementara Arab Saudi mengimpor vaksin dari seluruh dunia senilai lebih dari 270 juta dolar AS.
Sementara itu, Corporate Secretary Bio Farma, Rahman Rustan, menyatakan saat ini jenis vaksin yang telah diekspor ke Arab Saudi masih terbatas pada vaksin DT, Polio, dan Pentabio (DTP-HepB-HiB). Namun, nantinya diharapkan jenis vaksin lainnya juga dapat menembus pasar Timur Tengah.
Menurut Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Maura Linda Sitanggang, Bio Farma telah memasok ke lebih dari 130 negara di dunia dan termasuk ke 49 negara Islam. Proses pemasaran dilakukan secara bilateral juga melalui UNICEF.
Bio Farma pun aktif dalam kegiatan misi dagang yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan ke Timur Tengah.
Peran aktif Pemerintah dan Bio Farma pada sidang tahunan Organisasi Konferensi Islam (OKI) awal Maret 2016 lalu diharapkan dapat meningkatkan peran Indonesia di level Internasional.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: