Jakarta (ANTARA News) - Ekonom OCBC Bank Wellian Wiranto memperkirakan pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS sepanjang 2016 akan berada pada rentang Rp13.000 hingga Rp13.600, seiring meredanya tekanan ekonomi eksternal dan operasi terukur dari bank sentral.

Menurut Wellian dalam paparan di Jakarta, Rabu, kadar tekanan eksternal menurun sejak awal 2016, ditandai dengan terus terdepresiasinya mata uang dolar AS.

Ekspektasi signifikan tentang penguatan mata uang "Paman Sam" setelah kenaikan suku bunga The Federal Reserve pada Desember 2015 ternyata tidak terbukti.

"Dinamika ekonomi dunia saat ini mungkin menunjukkan sedikit keanehan. Ada kekhawatiran The Fed naik pada 2015, maka banyak aliran dana keluar, namun sekarang setelah terjadi, justru dolar terus menurun," ujar dia.

Depresiasi dolar AS selama awal tahun ini, memberi andil pada penguatan rupiah yang terus bertengger sekitar Rp13.000.

Bahkan, menurut Wellian, kurs rupiah bisa saja menyentuh level Rp12.000, namun Bank Indonesia bersikap "hati-hati" untuk menjaga rupiah tidak terlalu kuat dan terlalu lemah.

"BI perlu menjaga kurs, termasuk untuk menjaga nilai kompetitif ekonomi," ujarnya.

Di sisi lain, penguatan kurs rupiah juga dipicu pemulihan ekonomi domestik yang terus berjalan, ditandai dengan terjaganya laju inflasi, dan capaian defisit transaksi berjalan yang berada di radar pemerintah dan Bank Indonesia.

Hal itu membuat kepercayaan investor asing untuk menanam valuta asingnya di Indonesia terus meningkat. Kepemilikan asing di obligasi pemerintah per Februari 2016, meningkat menjadi 38,83 persen dari 38,21 persen pada akhir 2015.

"Kondisi global sekarang juga menunjukkan masing-masing negara maju sedang sibuk untuk memulihkan perekonomian domestik. Bank Sentral Jepang dan Bank Sentral Eropa memberikan dinamika baru, dengan menerapkan suku bunga negatif untuk mempercepat pemulihan ekonomi," jelasnya.

Pada proyeksi sebelumnya, OCBC memperkirakan kurs rupiah bisa mencapai Rp13.800 per dolar AS.

Bank Indonesia mengukur nilai tukar rupiah sudah terapresiasi sebesar 3 persen hingga awal Maret 2016. Bank sentral menilai penguatan rupiah, utamanya karena realisasi percepatan belanja fiskal pemerintah yang mendorong kepercayaan investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi domestik.

Hingga awal Maret 2016, menurut BI, dana asing yang masuk ke pasar surat berharga negara maupun pasar modal sebesar Rp35 triliun.