Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI M Zainudin, di Jakarta, Senin, menyatakan, "Kebakaran, bukan ledakan. Itu kejadian dalam tabung untuk pengobatan kesehatan."
RS TNI AL Mintohardjo memiliki instalasi terapi hiperbarik, yang semula didedikasikan secara eksklusif bagi penyelam-penyelam militer dan sipil yang mendapat serangan penyakit terkait dekompresi.
Instalasi ini --secara fisik yang paling terlihat-- dilengkapi dengan satu tabung besar di mana pasien-pasien dimasukkan untuk diterapi dekompresi, yang dikenal juga dengan nama terapi hiperbarik.
Saat kejadian, lanjut Zainudin, tabung instalasi terapi hiperbarik itu diisi empat pasien. Keempatnya tewas akibat kecelakaan berujung pada kebakaran itu.
Zainuddin menyatakan, kecelakaan pada pukul 11.30 WIB itu bermula dari hubungan pendek arus listrik di ruangan itu, sehingga menimbulkan asap putih lebat dan pasien yang ada di dalam tabung terbakar dan tidak dapat diselamatkan.
Saat terapi hiperbarik diberlakukan kepada empat pasien itu, tekanan di dalam ruang dekompresi ditetapkan pada angka 2,4 atmosfir.
Kemudian sekitar pukul 13.00 WIB, ketika tekanan baru mulai dikurangi menuju 1 atmosfir alias sama dengan tekanan udara di permukaan laut di Bumi, pada pukul 13.10 terlihat percikan api di dalam ruangan dekompresi.
"Operator dengan cepat membuka sistem pemadam api, tapi api dalam chamber secara cepat langsung membesar dan tekanan dalam tabung itu naik dengan cepat sehingga katup pengaman terbuka dan menimbulkan ledakan," kata Zainuddin.
"Beberapa saat kemudian api mulai padam namun korban tidak dapat diselamatkan," katanya.