Tulungagung (ANTARA News) - Sejumlah warga di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengeluhkan meningkatnya serangan ulat gagak yang menyebar di kebun-kebun, selokan, jalanan hingga masuk ke permukiman penduduk.

"Tiap hari jumlahnya semakin bertambah, saya tidak tahu mengapa itu bisa terjadi," tutur Miswan, warga Dusun Glodokan, Desa Pucung Kidul, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Minggu.

Kendati tidak menimbulkan gatal, kehadiran ribuan ulat seukuran jari kelingking orang dewasa dan berwarna hitam kombinasi kuning tersebut dianggap mengganggu.

Pasalnya, ulat itu menempel dan memakan habis daun tanaman di kebun warga.

Selain itu, kata Suwarno, ulat gagak merambat di sepanjang selokan, jalan hingga rumah-rumah penduduk, menimbulkan ketidaknyamanan warga.

"Jumlahnya selalu meningkat setiap kali usai turun hujan. Ulat-ulat ini biasanya muncul dari arah selokan dan merambat di jalan-jalan sehingga bikin kami gilo (jijik)," kata Miswan.

Miatul, warga lain menuturkan, keberadaan ulat muncul sejak awal musim hujan.

Namun, kata dia, kali ini jumlahnya lebih banyak dan bentuknya lebih besar dibanding sebelumnya.

"Sepertinya ini lebih banyak. Saat pagi hari, akan terlihat lebih jelas sebab udara yang sejuk membuat ulat keluar dari selokan," ujarnya.

Miatul mengatakan, sekitar pukul 11.00 WIB ulat-ulat itu berangsur ulat pergi dari rumah warga dan kembali lagi sekitar pukul 17.00 WIB.

Saat masuk ke dalam rumah, kata dia, warga biasanya berusaha mengusir hama itu dengan cara menyapu atau membunuh langsung. Namun tindakan itu rupanya memicu bau tidak sedap.

"Dampak yang paling dirasakan warga adalah jijik dan bau. Sebab banyaknya ulat di jalan sering terlintas kendaraan dan membuat bau yang tidak sedap," katanya mengeluhkan.