BLH : Sungai Indragiri tercemar bakteri e coli
12 Maret 2016 14:40 WIB
Escherichia coli, salah satu jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam usus besar manusia. (www.wikipedia.org)
Tembilahan (ANTARA News) - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau menyatakan bahwa Sungai Indragiri yang ada di daerah itu tercemar oleh bakteri E coli karena sanitasi di kabupaten setempat masih belum memadai.
"80 persen masyarakat Indragiri Hilir masih membuang tinja di Sungai Indragiri dan hal ini sulit diatasi sebab telah menjadi kebiasaan atau bersifat kultural," kata Kepala BLH Kabupaten Indragiri Hilir Helmi di Tembilahan, Sabtu.
Namun, lanjutnya, untuk meminimalisir hal itu, pihaknya telah mensosialisasikan dampak atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ini.
"Perilaku tidak sehat ini, bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan dan risiko penyakit," ujarnya.
Dia menjelaskan jika BAB dilakukan di sungai atau di laut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, BAB di sungai atau di laut juga dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
"Kondisi ini berkontribusi besar terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak akibat diare. Selain menyebabkan kematian, diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Pada akhirnya, kondisi ini menimbulkan dampak yang serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa mendatang," paparnya.
Dia mengungkapkan Sungai Indragiri ini merupakan sungai lintas kabupaten dan provinsi, oleh sebab itu penanganannya harus terintegrasi dengan pihak-pihak terkait.
"Hulu Sungai Indragiri ini terdapat di Danau Singkarak, Sumatera Barat," ujarnya.
Ia menyampaikan, pemantauan terhadap kualitas air di Sungai Indragiri ini menjadi kewenangan Provinsi Riau, BLH Kabupaten Indragiri Hilir hanya memantau kualitas air selain Sungai Indragiri yang diantaranya ialah Sungai Gaung dan Batang Tuaka.
"Selain melakukan BAB sembarangan, masyarakat juga masih cenderung membuang sampah ke sungai. Jadi sebenarnya pencemaran sungai ini lebih didominasi oleh pencemaran domestik bukan dari limbah perusahaan," katanya.
"80 persen masyarakat Indragiri Hilir masih membuang tinja di Sungai Indragiri dan hal ini sulit diatasi sebab telah menjadi kebiasaan atau bersifat kultural," kata Kepala BLH Kabupaten Indragiri Hilir Helmi di Tembilahan, Sabtu.
Namun, lanjutnya, untuk meminimalisir hal itu, pihaknya telah mensosialisasikan dampak atau bahaya yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ini.
"Perilaku tidak sehat ini, bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan dan risiko penyakit," ujarnya.
Dia menjelaskan jika BAB dilakukan di sungai atau di laut dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan teracuninya biota atau makhluk hidup yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu, BAB di sungai atau di laut juga dapat memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui tinja.
"Kondisi ini berkontribusi besar terhadap penyebaran penyakit dan peningkatan resiko kematian anak akibat diare. Selain menyebabkan kematian, diare yang berulang juga menyebabkan gizi buruk, sehingga menghalangi anak-anak untuk dapat mencapai potensi maksimal mereka. Pada akhirnya, kondisi ini menimbulkan dampak yang serius terhadap kualitas sumber daya manusia dan kemampuan produktif suatu bangsa di masa mendatang," paparnya.
Dia mengungkapkan Sungai Indragiri ini merupakan sungai lintas kabupaten dan provinsi, oleh sebab itu penanganannya harus terintegrasi dengan pihak-pihak terkait.
"Hulu Sungai Indragiri ini terdapat di Danau Singkarak, Sumatera Barat," ujarnya.
Ia menyampaikan, pemantauan terhadap kualitas air di Sungai Indragiri ini menjadi kewenangan Provinsi Riau, BLH Kabupaten Indragiri Hilir hanya memantau kualitas air selain Sungai Indragiri yang diantaranya ialah Sungai Gaung dan Batang Tuaka.
"Selain melakukan BAB sembarangan, masyarakat juga masih cenderung membuang sampah ke sungai. Jadi sebenarnya pencemaran sungai ini lebih didominasi oleh pencemaran domestik bukan dari limbah perusahaan," katanya.
Pewarta: Netty Mindrayani dan Syahroni Alby
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: