Jakarta (ANTARA News) - Kemampuan dan kegunaan pesawat pembom sangat veteran Boeing B-52 Stratofortress sudah sangat terbukti sehingga Angkatan Udara Amerika Serikat bermaksud mengerahkan armada itu untuk mengebom ISIS pada April nanti.




B-52 Stratofortress dalam operasi memberantas ISIS itu nanti, akan ditempatkan di Komando Tengah Angkatan Udara Amerika Serikat, menggantikan pembom lebih modern B-1 Lancers, yang telah kembali pada Januari lalu.




Laman www.defensenews.com, dikutip di Jakarta, Sabtu, menyatakan komentar Menteri Angkatan Udara Amerika Serikat, Deborah Lee James, “B-1 Lancers akan dimodernisasi dan dirawat total. B-52 yang terbukti tangguh dan jitu dalam akurasi serta ketahanannya, tetap siap dan dapat memenuhi keperluan komandan satuan tempur.”




“Kini kami menunggu persetujuan akhir, namun ada peningkatan infrastrukturnya yang diperlukan untuk mendukung penugasan B-52 di arena itu,” kata James.




Sampai kini, kata dia, belum ada angka pasti jumlah unit B-52 yang diperlukan juga personel pengawa dan pendukungnya, yang dimasukkan dalam Komando Serangan Global Angkatan Udara Amerika Serikat. “Keterangan rinci tentang itu, jika ada, akan diutarakan kemudian,” kata dia.




B-52 Stratofortress yang dulu dikerahkan untuk menggelar “bom karpet” alias bom tidak berpemandu, sejak lama telah ditingkatkan kinerjanya sehingga dapat mendukung penggelaran bom berpemandu yang sangat presisi.




“Kami akan tetap menggunakan B-52. Dia menjadi andalan kami untuk misi-misi yang tidak mudah, terkhusus tentang daya muat dan jangkauan terbangnya,” kata Deputi Perencanaan Strategis dan Keperluan Angkatan Udara Amerika Serikat, Letnan Jenderal James “Mike” Holmes, sebelumnya.




B-52 Stratofortress, dengan julukan BUFF (Big Ugly Fat Fella), yang terbang perdana pada 1954, telah ditetapkan mendapat program modernisasi sehingga dia tetap berdinas hingga 2040 nanti.




Daya muatnya hingga 35 ton, yang bisa diisi secara homogen ataupun campuran bom konvensional, bom tandan, peluru kendali presisi, hingga bom pintar. Dia digerakkan delapan mesin jet Pratt & Whitney TF33-P-3/103 turbofans.




Bandingkan dengan B-1 Lancers dari Rockwell yang jauh lebih muda yang memiliki jangkauan sekitar 900 kilometer dan hanya mampu membawa 2.500 kg muatan.




B-52 Stratofortress juga dikerahkan untuk menghadapi agresivitas pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Di Korea Selatan itu, B-52 Stratofortress bergabung dengan sejawatnya, F-15SK Silent Eagle dan F-16 Fighting Falcon.