IMF: proyeksi pertumbuhan global dapat diturunkan
11 Maret 2016 08:08 WIB
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Siluet jajaran gedung bertingkat menjelang matahari terbit terlihat dari kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Sabtu (4/7/15). Menurut IMF, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2016 di prediksi akan kembali terkoreksi turun bila para pengambil kebijakan tidak segera mengambil langkah-langkah kompreshensi untuk memperkuat ekonomi mereka.(ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Mumbai (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF) dapat memangkas proyeksi pertumbuhan global lebih lanjut dalam beberapa minggu mendatang, kata Penasihat Keuangan IMF Jose Vinals pada Kamis, menyerukan para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah komprehensif guna memperkuat ekonomi mereka.
Pada Januari, IMF memproyeksi pertumbuhan global 3,4 persen pada 2016 dan 3,6 persen pada 2017, setelah merevisi turun perkiraan Oktober untuk kedua tahun tersebut sebesar 0,2 persentase poin.
"Hal ini sangat mungkin bahwa pada saat kami tiba di pertemuan musim semi bulan depan mungkin ada revisi turun lebih lanjut dalam perkiraan kami," kata Vinyls selama acara yang diselenggarakan oleh bank sentral India, Reserve Bank of India.
Komentarnya menggemakan peringatan bulan lalu dari Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang mengatakan ekonomi global bisa tergelincir kecuali pembuat kebijakan mengambil tindakan kolektif.
"Biaya keterlambatan akan menjadi mahal dalam hal pertumbuhan global," kata Vinals.
"Saya akan mengatakan bahwa para pembuat kebijakan terhormat perlu mengadopsi tindakan kebijakan mendesak yang lebih komprehensif dan terpadu untuk memperkuat pertumbuhan dan mengelola kerentanan keuangan."
Mengekspresikan kekhawatiran atas pelambatan pertumbuhan di Tiongkok dan bank-bank serta perusahaan-perusahaan sangat tertekan, Vinals mengatakan deleveraging akan menjadi kunci untuk stabilitas keuangan global.
Namun dia menambahkan bahwa ia tidak melihat hard landing atau pelambatan tiba-tiba pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu (Tiongkok).
Vinals mengatakan India harus memprioritaskan pembersihan pada neraca keuangan bank-banknya, sambil menanggulangi ketergantungan ekonomi pada utang. Dia juga mengatakan potensi arus keluar modal akan menimbulkan risiko.
Bank-bank India menekankan pinjaman mereka berada di tertinggi 13 tahun sebesar delapan triliun rupee (119,12 miliar dolar AS), menghambat kemampuan bank-bank untuk meminjamkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, demikian seperti dikutip dari Reuters.
(Uu.A026)
Pada Januari, IMF memproyeksi pertumbuhan global 3,4 persen pada 2016 dan 3,6 persen pada 2017, setelah merevisi turun perkiraan Oktober untuk kedua tahun tersebut sebesar 0,2 persentase poin.
"Hal ini sangat mungkin bahwa pada saat kami tiba di pertemuan musim semi bulan depan mungkin ada revisi turun lebih lanjut dalam perkiraan kami," kata Vinyls selama acara yang diselenggarakan oleh bank sentral India, Reserve Bank of India.
Komentarnya menggemakan peringatan bulan lalu dari Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, yang mengatakan ekonomi global bisa tergelincir kecuali pembuat kebijakan mengambil tindakan kolektif.
"Biaya keterlambatan akan menjadi mahal dalam hal pertumbuhan global," kata Vinals.
"Saya akan mengatakan bahwa para pembuat kebijakan terhormat perlu mengadopsi tindakan kebijakan mendesak yang lebih komprehensif dan terpadu untuk memperkuat pertumbuhan dan mengelola kerentanan keuangan."
Mengekspresikan kekhawatiran atas pelambatan pertumbuhan di Tiongkok dan bank-bank serta perusahaan-perusahaan sangat tertekan, Vinals mengatakan deleveraging akan menjadi kunci untuk stabilitas keuangan global.
Namun dia menambahkan bahwa ia tidak melihat hard landing atau pelambatan tiba-tiba pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu (Tiongkok).
Vinals mengatakan India harus memprioritaskan pembersihan pada neraca keuangan bank-banknya, sambil menanggulangi ketergantungan ekonomi pada utang. Dia juga mengatakan potensi arus keluar modal akan menimbulkan risiko.
Bank-bank India menekankan pinjaman mereka berada di tertinggi 13 tahun sebesar delapan triliun rupee (119,12 miliar dolar AS), menghambat kemampuan bank-bank untuk meminjamkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, demikian seperti dikutip dari Reuters.
(Uu.A026)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016
Tags: