Dubes Tiongkok jelaskan perbandingan proyek Indonesia dan Iran
10 Maret 2016 23:42 WIB
ilustrasi Kerjasama Kereta Cepat Jakarta-Bandung Presiden Direktur PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) Dwi Windarto (kiri), Chairman of Board China Railway International Yang Zhong Min (kanan), Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xie Feng (kedua kiri) dan Chairman PT PSBI Sahala Lumban Gaol saling berjabat tangan seusai penandatanganan perjanjian pendirian perusahaan patungan (joint venture) di Jakarta, Jumat (16/10/2015). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) ()
Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Xie Feng menjelaskan perbandingan proyek kereta cepat di Indonesia dan Iran, yang sebagiannya dikerjakan oleh perusahaan China Railway International Co. Ltd.
Dia mengatakan nilai investasi Tiongkok dalam proyek kereta cepat di Iran lebih murah daripada di Indonesia karena jalur yang dikerjakan di Iran lebih pendek daripada di Indonesia.
"Total rel kereta di sana memang lebih dari 400 atau 500 kilometer, tetapi kenyataannya yang sedang dibahas dengan kami hanya sebagian kecil dari itu, tidak lebih dari 100 kilometer," kata Xie Feng usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan, proyek kerja sama antara Tiongkok dan Iran dalam proyek kereta cepat itu juga belum mencapai kesepakatan di antara kedua negara.
"Sepengetahuan saya, proyek itu belum diputuskan. Jadi kabar yang didengar selama ini terkait panjang lintasan rel itu adalah total lintasan yang ada di sana (Iran), tetapi yang kami kerjakan hanya sebagian kecilnya saja," jelasnya.
Seperti diberitakan, konsorsium perusahaan Tiongkok di Iran menawarkan investasi sebesar 2,73 miliar dolar AS untuk pembangunan proyek kereta cepat Teheran-Isfahan. Sedangkan untuk proyek yang sama untuk jalur Jakarta-Bandung, konsorsium mengatakan perlu dana sebesar 5,5 miliar dolar AS.
Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung akan membentang 150 km dan dibangun secara layang atau elevated.
High Speed Railways itu akan melesat dengan kecepatan 250 km per jam melewati empat stasiun antara lain Halim, Karawang, Walini, Gedebage.
Pembangunan kereta cepat dengan investasi sekitar Rp70 triliun tersebut melibatkan konsorsium BUMN yaitu PT Wijaya Karya (Persero), PT KAI (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Konsorsium BUMN dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PBSI) membentuk perusahaan patungan dengan China Railway International Co. Ltd, dengan nama PT Kereta Cepat Indonesia China.
Bappenas sendiri baru-baru ini telah meminta PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) segera melengkapi izin, dan memulai pengerjaan fisik kereta cepat Jakarta-Bandung.
Pengerjaan fisik kereta cepat perlu segera dilakukan untuk menunjukkan kemajuan megaproyek tersebut dan menjaga target selesainya pembangunan proyek pada 2018.
Kemajuan fisik proyek tersebut, dinilai akan meminimalkan terjadinya perubahan kebijakan oleh pemerintah baru setelah pergantian periode pemerintahan pada 2019.
Dia mengatakan nilai investasi Tiongkok dalam proyek kereta cepat di Iran lebih murah daripada di Indonesia karena jalur yang dikerjakan di Iran lebih pendek daripada di Indonesia.
"Total rel kereta di sana memang lebih dari 400 atau 500 kilometer, tetapi kenyataannya yang sedang dibahas dengan kami hanya sebagian kecil dari itu, tidak lebih dari 100 kilometer," kata Xie Feng usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla di Jakarta, Kamis.
Dia menambahkan, proyek kerja sama antara Tiongkok dan Iran dalam proyek kereta cepat itu juga belum mencapai kesepakatan di antara kedua negara.
"Sepengetahuan saya, proyek itu belum diputuskan. Jadi kabar yang didengar selama ini terkait panjang lintasan rel itu adalah total lintasan yang ada di sana (Iran), tetapi yang kami kerjakan hanya sebagian kecilnya saja," jelasnya.
Seperti diberitakan, konsorsium perusahaan Tiongkok di Iran menawarkan investasi sebesar 2,73 miliar dolar AS untuk pembangunan proyek kereta cepat Teheran-Isfahan. Sedangkan untuk proyek yang sama untuk jalur Jakarta-Bandung, konsorsium mengatakan perlu dana sebesar 5,5 miliar dolar AS.
Jalur kereta cepat Jakarta-Bandung akan membentang 150 km dan dibangun secara layang atau elevated.
High Speed Railways itu akan melesat dengan kecepatan 250 km per jam melewati empat stasiun antara lain Halim, Karawang, Walini, Gedebage.
Pembangunan kereta cepat dengan investasi sekitar Rp70 triliun tersebut melibatkan konsorsium BUMN yaitu PT Wijaya Karya (Persero), PT KAI (Persero), PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Konsorsium BUMN dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PBSI) membentuk perusahaan patungan dengan China Railway International Co. Ltd, dengan nama PT Kereta Cepat Indonesia China.
Bappenas sendiri baru-baru ini telah meminta PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) segera melengkapi izin, dan memulai pengerjaan fisik kereta cepat Jakarta-Bandung.
Pengerjaan fisik kereta cepat perlu segera dilakukan untuk menunjukkan kemajuan megaproyek tersebut dan menjaga target selesainya pembangunan proyek pada 2018.
Kemajuan fisik proyek tersebut, dinilai akan meminimalkan terjadinya perubahan kebijakan oleh pemerintah baru setelah pergantian periode pemerintahan pada 2019.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: