Menperin ajak "traveller" nikmati kopi Nusantara
10 Maret 2016 15:57 WIB
Menteri Perindustrian Saleh Husin saat menghadiri Rapat Umum Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) di Jakarta, Kamis. (Antaranews/ Humas Kementerian Perindustrian)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin mengajak penikmat jalan-jalan atau traveller untuk menikmati kopi khas Nusantara saat mengunjungi daerah-daerah penghasil kopi di seluruh Indonesia.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan pada Pembukaan Rapat Umum Anggota (RUA) IX Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) di Jakarta, Kamis.
”Kita punya 11 kopi khas daerah, lazim disebut indikator geografis seperti kopi Gayo, Sindoro-Sumbing, Toraja. Belum lagi kopi yang diolah langsung rekan-rekan petani dan kelompok tani," kata Saleh melalui siaran pers.
Menurut Saleh, upaya tersebut merupakan dukungan nyata yang bisa dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan industri kopi maupun kesejahteraan petani.
Saat ini sudah ada 11 kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi geografis yaitu Kopi Arabika Gayo, Kopi Sumatera Arabika Simalungun Utara, Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Java Preanger dan Kopi Java Arabika Sindoro-Sumbing.
Selain itu, Kopi Arabika Ijen Raung, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Kalosi Enrekang, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Flores Bajawa, dan Kopi Liberika Tungkal Jambi.
Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.
Menteri Saleh juga menyinggung soal antusiasme anak-anak muda melakukan perjalanan ke sudut-sudut Tanah Air.
"Sekarang makin banyak anak muda yang gemar 'travelling'. Nikmatnya jalan-jalan, salah satunya menyesap kopi setempat. Jangan lupa beli untuk oleh-oleh," ujar Saleh.
Ketika minum juga difoto, lanjutnya, selfie dan sebutin nama daerah asal kopinya saat diunggah di media sosial, karena promosi sederhana ini efektif turut membantu industri olahan kopi.
Dia juga mengajak membawa beberapa bungkus kopi khas Indonesia keluar negeri sebagai souvenir untuk kolega dan teman di negeri seberang. Kemenperin mencatat, prospek pengembangan industri pengolahan kopi di Indonesia masih cukup baik, mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita per tahun.
Angka tersebut masih di bawah negara-negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg perkapita per tahun. Sementara ekspor produk kopi olahan tahun 2015 mencapai USD 356,79 juta atau meningkat sekitar 8 persen dibandingkan tahun 2014.
Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat memberi sambutan pada Pembukaan Rapat Umum Anggota (RUA) IX Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) di Jakarta, Kamis.
”Kita punya 11 kopi khas daerah, lazim disebut indikator geografis seperti kopi Gayo, Sindoro-Sumbing, Toraja. Belum lagi kopi yang diolah langsung rekan-rekan petani dan kelompok tani," kata Saleh melalui siaran pers.
Menurut Saleh, upaya tersebut merupakan dukungan nyata yang bisa dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan industri kopi maupun kesejahteraan petani.
Saat ini sudah ada 11 kopi Indonesia yang telah mempunyai indikasi geografis yaitu Kopi Arabika Gayo, Kopi Sumatera Arabika Simalungun Utara, Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Java Preanger dan Kopi Java Arabika Sindoro-Sumbing.
Selain itu, Kopi Arabika Ijen Raung, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Kalosi Enrekang, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Flores Bajawa, dan Kopi Liberika Tungkal Jambi.
Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi specialty yang dikenal di dunia, termasuk Luwak Coffee dengan rasa dan aroma khas sesuai indikasi geografis yang menjadi keunggulan Indonesia.
Menteri Saleh juga menyinggung soal antusiasme anak-anak muda melakukan perjalanan ke sudut-sudut Tanah Air.
"Sekarang makin banyak anak muda yang gemar 'travelling'. Nikmatnya jalan-jalan, salah satunya menyesap kopi setempat. Jangan lupa beli untuk oleh-oleh," ujar Saleh.
Ketika minum juga difoto, lanjutnya, selfie dan sebutin nama daerah asal kopinya saat diunggah di media sosial, karena promosi sederhana ini efektif turut membantu industri olahan kopi.
Dia juga mengajak membawa beberapa bungkus kopi khas Indonesia keluar negeri sebagai souvenir untuk kolega dan teman di negeri seberang. Kemenperin mencatat, prospek pengembangan industri pengolahan kopi di Indonesia masih cukup baik, mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita per tahun.
Angka tersebut masih di bawah negara-negara pengimpor kopi seperti USA 4,3 kg, Jepang 3,4 kg, Austria 7,6 kg, Belgia 8,0 kg, Norwegia 10,6 Kg dan Finlandia 11,4 Kg perkapita per tahun. Sementara ekspor produk kopi olahan tahun 2015 mencapai USD 356,79 juta atau meningkat sekitar 8 persen dibandingkan tahun 2014.
Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor seperti Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, China dan Uni Emirat Arab.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: