Peneliti NASA pantau GMT di Paser Kaltim
9 Maret 2016 22:06 WIB
Ilustrasi - GMT Maba Foto sebelum dan sesudah Gerhana Matahari Total (GMT) dilihat dari Pantai Soagimalaha di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, Selasa (8/3). GMT di Maba berdurasi 3 menit 17 detik kegelapan. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Samarinda (ANTARA News) - Peneliti dari "National Aeronautics and Space Administration" (NASA) ikut memantau proses gerhana matahari total (GMT) yang melintas di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu pagi.
Selain dari NASA, sejumlah peneliti asing juga terlihat ikut memantau proses terjadinya fenomena alam di tiga titik yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Paser.
Peneliti luar yang ikut memantau proses GMT di Kabupaten Paser tersebut yakni, dari Persatuan Falak Syarie dari Negeri Melaka, Malaysia dan sejumlah astronom dari "Stella Erante" Italia, Swiss, Uni Eropa, Jepang dan Cina.
Sejak Rabu pagi, tiga lokasi pemantauan GMT dipadati warga Tanah Grogot yang ingin menyaksikan peristiwa GMT tersebut.
Ketiga lokasi yang dijadikan tempat untuk pengamatan peristiwa GMT yakni, Telaga Ungu Kilometer 5, Pelabuhan Pondong dan halaman Masjid Agung Nurul Falah, Tanah Grogot.
Sementara, di sejumlah masjid maupun mushalla di Tanah Grogot, terlihat aktivitas warga melaksanakan sholat sunah gerhana.
Bupati Paser Yusriansyah bersama para kepala SKPD melaksanakan sholat gerhana di Masjid Agung Nurul Falah.
Namun, fase awal masuk peristiwa GMT di wilayah Kabupaten Paser itu sempat tidak bisa terlihat dengan jelas akibat tertutup gumpalan awan.
"Pada pukul 07.24 Wita, langit tertutup awan sehingga fase awal masuk gerhana matahari tidak bisa terlihat jelas," kata Ketua Tim Observasi GMT dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Zainuddin, usai pemantauan GMT di Telaga Ungu kilometer 5, Tanah Grogot.
Menurut Zainudin, pada pukul 08. 31 Wita, tim GMT ITB sudah mulai bisa melihat matahari yang perlahan-lahan mulai tertutup bulan dengan durasi lebih dari dua menit.
"Penampakan GMT di Tanah Grogot merupakan penampakan dengan durasi terpanjang se-Kaltim, yaitu 2 Menit 37 detik, sementara di Balikpapan durasinya lebih pendek yakni 1 menit 15 detik," kata Zainudin.
Selain dari NASA, sejumlah peneliti asing juga terlihat ikut memantau proses terjadinya fenomena alam di tiga titik yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Paser.
Peneliti luar yang ikut memantau proses GMT di Kabupaten Paser tersebut yakni, dari Persatuan Falak Syarie dari Negeri Melaka, Malaysia dan sejumlah astronom dari "Stella Erante" Italia, Swiss, Uni Eropa, Jepang dan Cina.
Sejak Rabu pagi, tiga lokasi pemantauan GMT dipadati warga Tanah Grogot yang ingin menyaksikan peristiwa GMT tersebut.
Ketiga lokasi yang dijadikan tempat untuk pengamatan peristiwa GMT yakni, Telaga Ungu Kilometer 5, Pelabuhan Pondong dan halaman Masjid Agung Nurul Falah, Tanah Grogot.
Sementara, di sejumlah masjid maupun mushalla di Tanah Grogot, terlihat aktivitas warga melaksanakan sholat sunah gerhana.
Bupati Paser Yusriansyah bersama para kepala SKPD melaksanakan sholat gerhana di Masjid Agung Nurul Falah.
Namun, fase awal masuk peristiwa GMT di wilayah Kabupaten Paser itu sempat tidak bisa terlihat dengan jelas akibat tertutup gumpalan awan.
"Pada pukul 07.24 Wita, langit tertutup awan sehingga fase awal masuk gerhana matahari tidak bisa terlihat jelas," kata Ketua Tim Observasi GMT dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Zainuddin, usai pemantauan GMT di Telaga Ungu kilometer 5, Tanah Grogot.
Menurut Zainudin, pada pukul 08. 31 Wita, tim GMT ITB sudah mulai bisa melihat matahari yang perlahan-lahan mulai tertutup bulan dengan durasi lebih dari dua menit.
"Penampakan GMT di Tanah Grogot merupakan penampakan dengan durasi terpanjang se-Kaltim, yaitu 2 Menit 37 detik, sementara di Balikpapan durasinya lebih pendek yakni 1 menit 15 detik," kata Zainudin.
Pewarta: Amirullah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: