Mathlaul Anwar tanam pohon usai shalat gerhana
9 Maret 2016 20:01 WIB
ilustrasu Penghijauan Kembali Warga memerhatikan bibit pohon trembesi yang disediakan secara gratis pada program penghijauan kembali di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (12/10/2013). (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)
Pandeglang (ANTARA News) - Ratusan warga organisasi Islam Mathlaul Anwar (MA) melakukan penanaman pohon di sekitar Perguruan Islam Mathlaul Anwar di Cikaliung, Menes, Kabupaten Pandeglang, Banten, usai melaksanakan salat gerhana matahari total, Rabu.
Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) Mathlaul Anwar Mohamad Zen mengatakan, kegiatan penanaman pohon usai salat gerhana matahari yang dilakukan warga Mathlaul Anwar tersebut, sebagai bentuk cara mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada umat manusia.
Salah satunya dengan menghirup udara segar atau oksigen yang dihasilkan oleh pohon. Oleh sebab itu, manusia diharuskan menjaga kelestarian alam tersebut dengan cara menanam pohon sebagai penghasil oksigen.
"Jenis pohon yang kami tanam bermacam-macam. Namun jenisnya pohon-pohon keras atau pohon yang bisa menyerap air dan menghasilkan oksigen," kata Zen.
Ia mengatakan, ribuan warga Mathlaul Anwar yang tersebar di seluruh Indonesia, telah dihimbau oleh pengurus besar Mathlaul Anwar untuk melaksanakan salat gerhana di masing-masing daerahnya di mesjid-mesjid, mushola atau lokasi-lokasi perguruan Mathlaul Anwar.
Pihaknya juga mengimbau terkait dengan gerhana matahari tersebut, agar menghindari atau menjauhi khurafat dan tahayul di masyarakat seperti tidak boleh keluar rumah dan lain sebagainya. Seharusnya fenomena gerhana matahari tersebut harus dijadikan sebagai momentum untuk mensyukuri nikmat dan bertafakur atas kekuasaan Allah SWT.
"Justru kekuasaan Allah ini harus kita berusaha untuk mempelajarinya melalui teknologi astronomi. Buktinya dengan teknologi astronomi yang kita pelajari, manusia bisa memprediksi gerhana matahari ini dengan akurat, menganai hari, lokasi termasuk jam dan menit dari gerhana ini," kata Zen.
Ia juga mengajak kepada seluruh umat Islam, dengan kejadian gerhana matahari tersebut menjadi momentum yang tepat untuk mempersatukan umat Islam serta menyamakan persepi terkait waktu-waktu ibadah lainnya seperti dalam pelaksanaan salat idul fitri, idul adha. Dengan demikian, melalui pemahaman teknologi astronomi tersebut, tidak ada perbedaan pandangan mengenai waktu-waktu ibadah, yang bisa menimbulkan perpecahan dalam umat Islam.
"Harusnya umat Islam itu sependapat dalam penentuan waktu-waktu ibadah lainnyya agar tidak ada perbedaan pandangan, karena tentunya itu bisa dipelajari. Seperti halnya gerhana matahari pada hari ini, bisa diprediksi sebelumnya dan umat Islam tidak ada yang tidak sepakat, karena tidak ada organisasi Islam yang berpendapat, gerhana matahari ini diundur atau dimajukan. Artinya ini sepakat semua," katanya.
Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) Mathlaul Anwar Mohamad Zen mengatakan, kegiatan penanaman pohon usai salat gerhana matahari yang dilakukan warga Mathlaul Anwar tersebut, sebagai bentuk cara mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada umat manusia.
Salah satunya dengan menghirup udara segar atau oksigen yang dihasilkan oleh pohon. Oleh sebab itu, manusia diharuskan menjaga kelestarian alam tersebut dengan cara menanam pohon sebagai penghasil oksigen.
"Jenis pohon yang kami tanam bermacam-macam. Namun jenisnya pohon-pohon keras atau pohon yang bisa menyerap air dan menghasilkan oksigen," kata Zen.
Ia mengatakan, ribuan warga Mathlaul Anwar yang tersebar di seluruh Indonesia, telah dihimbau oleh pengurus besar Mathlaul Anwar untuk melaksanakan salat gerhana di masing-masing daerahnya di mesjid-mesjid, mushola atau lokasi-lokasi perguruan Mathlaul Anwar.
Pihaknya juga mengimbau terkait dengan gerhana matahari tersebut, agar menghindari atau menjauhi khurafat dan tahayul di masyarakat seperti tidak boleh keluar rumah dan lain sebagainya. Seharusnya fenomena gerhana matahari tersebut harus dijadikan sebagai momentum untuk mensyukuri nikmat dan bertafakur atas kekuasaan Allah SWT.
"Justru kekuasaan Allah ini harus kita berusaha untuk mempelajarinya melalui teknologi astronomi. Buktinya dengan teknologi astronomi yang kita pelajari, manusia bisa memprediksi gerhana matahari ini dengan akurat, menganai hari, lokasi termasuk jam dan menit dari gerhana ini," kata Zen.
Ia juga mengajak kepada seluruh umat Islam, dengan kejadian gerhana matahari tersebut menjadi momentum yang tepat untuk mempersatukan umat Islam serta menyamakan persepi terkait waktu-waktu ibadah lainnya seperti dalam pelaksanaan salat idul fitri, idul adha. Dengan demikian, melalui pemahaman teknologi astronomi tersebut, tidak ada perbedaan pandangan mengenai waktu-waktu ibadah, yang bisa menimbulkan perpecahan dalam umat Islam.
"Harusnya umat Islam itu sependapat dalam penentuan waktu-waktu ibadah lainnyya agar tidak ada perbedaan pandangan, karena tentunya itu bisa dipelajari. Seperti halnya gerhana matahari pada hari ini, bisa diprediksi sebelumnya dan umat Islam tidak ada yang tidak sepakat, karena tidak ada organisasi Islam yang berpendapat, gerhana matahari ini diundur atau dimajukan. Artinya ini sepakat semua," katanya.
Pewarta: Mulyana
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: