Tanjung Pandan, Belitung (ANTARA News) - Para wisatawan baik domestik maupun mancanegara ramai berkumpul di Pantai Tanjung Kelayang, Tanjung Pandan, Belitung, sejak pukul 04.00 WIB jelang gerhana matahari total (GMT) pada Rabu (9/3).
"Kami sengaja datang pagi-pagi supaya tidak ketinggalan momen GMT. Tadi perjalanan satu jam kita naik motor, ya kan ini fenomena langka jadi kami harus menyaksikan," kata Rohiyat (22) salah seorang pengunjung dari Demak, Semarang yang mengaku sudah tiba di pantai Tanjung Kelayang sejak pukul 03.00 WIB.
Suasana jalan menuju pantai-pantai pengamatan GMT di Belitung sudah dipadati kendaraan pengunjung baik mobil maupun motor.
Hingga saat ini, para pengunjung terus mengalir datang. Beberapa bahkan ada yang berkemah di dekat kedai makan Sian Lie. Suasana langit masih gelap, namun ratusan orang sudah berkumpul di pantai.
Sementara itu, salah seorang warga lokal, Lili Suryanti (27) mengatakan Belitung belum pernah seramai ini.
"Setidaknya itu jam 06.00 lah orang baru ramai. Ini sejarah buat Belitung jam segini sudah ramai. Mungkin orang-orang penasaran ya," jata Lili.
Para awak media dan ilmuwan pun tampak mengeset kamera di sepanjang garis pantai Tanjung Kelayang yang masih gelap.
Sementara langit pagi itu tampak cerah bertabur bintang. Lili mengatakan biasanya di Belitung jika langit bertabur bintang pertanda cuaca akan cerah.
Diperkirakan, GMT akan melintasi Belitung mulai pukul 06.21 WIB. GMT di Belitung berdurasi sekitar dua menit 10 detik.
Ini akan menjadi GMT pertama yang terjadi di Belitung. Seperti diketahui, gerhana matahari total terakhir kali di Indonesia terjadi pada 11 Juni 1983 dengan jalur totalitas melewati Jawa, Sulawesi, dan Papua.
Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mencatat GMT juga pernah terjadi pada 18 Maret 1988 dengan jalur totalitas melintasi Sumatera dan Kalimantan.
Pantai Tanjung Kelayang dipenuhi warga jelang GMT
9 Maret 2016 04:53 WIB
Suasana gelap di pantai Tanjung Kelayang jelang GMT Rabu (9/3). (Ida Nurcahyani)
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: