Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia saat ini masih mengkaji jumlah fasilitas pencadangan minyak strategis yang akan dibangun untuk target simpanan cadangan untuk stok selama satu bulan.

"Kita masih melakukan kajian berapa fasilitas penyimpanan minyak yang akan dibangun untuk target cadangan minyak sebanyak satu bulan stok dan akan dibangun di mana saja," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja di Komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa.

Untuk pembangunan fasilitas penyimpanan itu dan memenuhi target pencadangan selama satu bulan itu yang mencapai 45 juta barel, kata Wiratmaja, dibutuhkan investasi yang cukup besar sampai miliaran dolar AS.

"Untuk investasi yang ditargetkan, 30 hari dalam pencadangannya, atau 45 juta barel, kita membutuhkan 17 miliar dolar AS jika proyeknya lengkap," ujarnya.

Hal tersebut, kata Wiratmaja, termasuk dalam program cadangan minyak strategis (strategic petroleum reserve/SPR) yang bertujuan meningkatkan cadangan minyak pemerintah. Untuk peta jalannya, SPR ini akan diusahakan rampung pada tahun ini.

"Insya Allah tahun ini bisa selesai. Semester pertama, mungkin draf peta jalan (roadmap)-nya terbentuk," ujarnya.

Untuk selanjutnya, ujar Wiratmaja, tidak tertutup kemungkinan swasta terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan tangki minyak, bahkan bisa juga menjadi pembeli (offtaker) minyak yang ada di dalam fasilitas penyimpanan minyak meskipun tetap ada skala prioritas.

"Tetap ada prioritas lah karena yang mayoritas menjadi offtaker tetap PT Pertamina," katanya.

Lebih lanjut Wiratmaja menjelaskan pembangunan tangki itu harus memenuhi beberapa syarat, pertama, tangki harus berdekatan dengan kilang minyak. Kedua, lokasi fasilitas ini berada di dekat konsumen dan terakhir lokasi tangki harus dekat akses pelayaran.

"Tujuannya agar mudah diakses untuk diisi atau mendistribusi. Jangan sampai sulit dijangkau itu tangki, karena menyulitkan nanti," ucapnya.