Kopi Indonesia belum jadi pilihan masyarakat
8 Maret 2016 18:42 WIB
Pengunjung menanyakan produk Indonesia dan menggali informasi sebelum bertransaksi di pameran makanan olahan Sial Kanada 2015 di Toronto, Kamis (30/4/15). Pameran makanan olahan terbesar di Amerika Utara itu berlangsung tiga hari dan Indonesia peserta terhormat (country of honour). (Antara/Erafzon SAS)
Jakarta (ANTARA News) - Keistimewaan aroma dan rasa kopi khas Indonesia ternyata belum menjadi pilihan masyarakat di negeri sendiri, demikian disampaikan Ketua Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia Irfan Anwar.
"Perusahaan kopi instan di Indonesia, yang produknya anda minum, menggunakan kopi impor dari Vietnam, Kolombia, padahal kualitasnya lebih rendah dari kopi Indonesia," kata Irfan di Jakarta, Selasa.
Menurut Irfan, dengan kualitas bahan baku yang lebih rendah, produsen kopi instan di dalam negeri bisa menjualnya dengan harga yang juga relatif lebih murah kepada masyarakat.
Misalnya, lanjut Irfan, kopi dengan kualitas rendah asal Vietnam dibanderol dengan harga Rp10.000, sementara dengan kelas yang sama namun dengan cita rasa yang lebih baik, kopi Indonesia diberi harga Rp20.000.
Dampaknya, tambah Irfan, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia saat ini, kopi instan tersebut menjadi pilihan utama saat bersantai maupun mengisi waktu luang.
"Daya belinya masih rendah. Mereka masih belum mampu membeli kopi asli di kedai kopi. Mereka masih beli kopi masif yang kemasan," ujar Irfan
Hal tersebut tercermin dari volume ekspor kopi asli Indonesia yang mendominasi hingga 70 persen dari total produksi, dibandingkan untuk konsumsi dalam negeri yang hanya 30 persennya.
Sehingga, dari produksi 600 ribu ton kopi asli Indonesia, sebesar 400 ribu ton diekspor ke 125 negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa dan Jepang dengan jenis arabika 20 persen, robusta 80 persen dan sekitar 1 persen liberika.
Irfan berharap, masyarakat Indonesia mulai mengenal kualitas kopi nasional, yang sangat diminati di dunia internasional, sehingga lebih memilih kopi khas daerah-daerah di Tanah Air untuk menemani waktu santai sehari-hari.
"Makanya mas, berikutnya minum hanya kopi hitam. Kopi indonesia, cukup bagus. Jauh lebih bagus dari Kolombia, Brazil, Vietnam. Karena kualitasnya jauh lebih bagus," ujar Irfan
"Perusahaan kopi instan di Indonesia, yang produknya anda minum, menggunakan kopi impor dari Vietnam, Kolombia, padahal kualitasnya lebih rendah dari kopi Indonesia," kata Irfan di Jakarta, Selasa.
Menurut Irfan, dengan kualitas bahan baku yang lebih rendah, produsen kopi instan di dalam negeri bisa menjualnya dengan harga yang juga relatif lebih murah kepada masyarakat.
Misalnya, lanjut Irfan, kopi dengan kualitas rendah asal Vietnam dibanderol dengan harga Rp10.000, sementara dengan kelas yang sama namun dengan cita rasa yang lebih baik, kopi Indonesia diberi harga Rp20.000.
Dampaknya, tambah Irfan, dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia saat ini, kopi instan tersebut menjadi pilihan utama saat bersantai maupun mengisi waktu luang.
"Daya belinya masih rendah. Mereka masih belum mampu membeli kopi asli di kedai kopi. Mereka masih beli kopi masif yang kemasan," ujar Irfan
Hal tersebut tercermin dari volume ekspor kopi asli Indonesia yang mendominasi hingga 70 persen dari total produksi, dibandingkan untuk konsumsi dalam negeri yang hanya 30 persennya.
Sehingga, dari produksi 600 ribu ton kopi asli Indonesia, sebesar 400 ribu ton diekspor ke 125 negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, Eropa dan Jepang dengan jenis arabika 20 persen, robusta 80 persen dan sekitar 1 persen liberika.
Irfan berharap, masyarakat Indonesia mulai mengenal kualitas kopi nasional, yang sangat diminati di dunia internasional, sehingga lebih memilih kopi khas daerah-daerah di Tanah Air untuk menemani waktu santai sehari-hari.
"Makanya mas, berikutnya minum hanya kopi hitam. Kopi indonesia, cukup bagus. Jauh lebih bagus dari Kolombia, Brazil, Vietnam. Karena kualitasnya jauh lebih bagus," ujar Irfan
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: