Los Angeles (ANTARA News) - Bintang tenis Rusia Maria Sharapova, olahragawati berbayaran paling mahal di dunia, mengaku tidak lulus tes doping sehingga dia diskors mulai 12 Maret nanti. Namun obat-obatan yang dia konsumsi adalah zat yang sebelum 1 Januari lalu bukanlah obat terlarang untuk atlet.

Sharapova mengatakan dokter keluarganya reguler memberi dia mildronate, yang juga disebut meldonium, selama 10 tahun karena dia kerap mengeluh sakit kekurangan magnesium dan memiliki panyakit diabetes.

"Sangat penting untuk Anda pahami bahwa selama 10 tahun obat ini tidak termasuk daftar yang dilarang WADA (Badan Antidoping Dunia) dan saya dibenarkan secara hukum untuk mengonsumsi obat ini. Namun pada 1 Januari lalu, aturan itu diubah dan meldonium pun menjadi zat terlarang," papar Sharapova.

WADA sendiri menolak mengomentari soal ini sampai ITF (Federasi Tenis Internasional) mengeluarkan keputusan final mengenai hal ini.

Meldonium digunakan untuk mengobati sakit pada dada dan serangan jantung, namun beberapa peneliti mengaitkan obat ini dengan upaya meningkatkan daya tahan dan stamina atlet.

Obat ini dilarang di AS, namun dibolehkan di Rusia, Latvia dan beberapa negara Eropa timur.

Bulan lalu, pebalap sepeda Rusia Eduard Vorganov, atlet skatig Rusia Ekaterina Bobrova dan dua atlet kelahiran Ethiopia Endeshaw Negesse dan Abeba Aregawi dinyatakan positif mengonsumsi meldonium.

Kabar mengejutkan dari dunia tenis itu muncul setelah tim manajemen Sharapova mengatakan bahwa petenis ini akan menyampaikan "pengumuman besar" yang dianggap banyak orang bahwa Sharapova akan gantung raket.

Sharapova, yang beberapa tahun belakangan mesti berjuang melawan rangkaian cedera, tidak tampil lagi sejak kalah dari Serena Williams pada perempatfinal Australia Terbuka Januari lalu.

Terkenal gigih dan pantang menyerah serta tangguh di baseline, Sharapova pada usia 17 tahun menjadi petenis putri Rusia pertama yang menjuarai Wimbledon ketika mengalahkan Serena Williams 6-1 6-4 pada final edisi 2004.

Kemenangan ini membuatnya menjadi juara Wimbledon termuda ketiga setelah Lottie Dod dan Martina Hingis, dan petenis termuda keempat yang menjuarai Grand Slam di Era Terbuka setelah Hingis, Monica Seles dan Tracy Austin, demikian Reuters.