PT Timah bukukan pendapatan Rp6,87 triliun, turun 8,5 persen yoy
7 Maret 2016 16:06 WIB
Ilustrasi. Pekerja menata timah menjadi tumpukan seberat sekitar 1000 kg di pabrik PT Timah (Persero) Tbk di Mentok, Bangka, Rabu (18/12/13). (ANTARA FOTO/Maha Eka Swasta)
Jakarta (ANTARA News) - PT Timah Tbk membukukan pendapatan sebesar Rp6,87 triliun pada tahun 2015 atau menurun sekitar 8,5 persen dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya Rp7,51 triliun.
"Menurunnya rata-rata harga timah dibandingkan tahun 2014, membuat perseroan di tahun 2015 mengalami penurunan pendapatan," kata Direktur Utama PT Timah Tbk Sukrisno dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa harga jual rata-rata logam timah perseroan di tahun 2015 adalah 16.186 dolar AS per metrik ton, menurun 25 persen dari 21.686 dolar AS per metrik ton di 2014, akibat meningkatnya pasokan timah di pasar dunia khususnya di kuartal pertama dan kedua tahun 2015.
Turunnya harga rata-rata jual, lanjut dia, membuat perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 85 persen dari Rp672,99 miliar di 2014 menjadi Rp101,56 miliar di tahun 2015.
"Tahun 2015 merupakan tahun yang masih suram bagi industri pertimahan global maupun perseroan. Perekonomian global yang masih lesu berdampak terhadap menurunnya permintaan sehingga harga komoditas timah anjlok," katanya.
Pada 2016, Sukrisno mengemukakan bahwa pihaknya berharap terhadap pemerintah untuk konsistensi penuh menyelesaikan kasus-kasus "illegal mining" yang marak terjadi di sektor pertambangan, termasuk penambangan mineral timah.
"Sebagaimana telah sama-sama dipahami, selama ini salah satu masalah utama yang membuat harga timah tidak bisa bergerak ke arah sewajarnya adalah adanya praktik tambang liar lengkap dengan jalur-jalur pasokan dan distribusinya," katanya.
Menghadapi kondisi harga komoditas timah yang masih rendah, ia mengatakan perseroan akan konsisten melanjutkan program efisiensi tidak hanya pada lini produksi dan operasional, tetapi terhadap seluruh rantai kegiatan operasinya, menjadikan efisiensi sebagai budaya setiap jajaran dalam menjalankan tugas.
"Menurunnya rata-rata harga timah dibandingkan tahun 2014, membuat perseroan di tahun 2015 mengalami penurunan pendapatan," kata Direktur Utama PT Timah Tbk Sukrisno dalam keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa harga jual rata-rata logam timah perseroan di tahun 2015 adalah 16.186 dolar AS per metrik ton, menurun 25 persen dari 21.686 dolar AS per metrik ton di 2014, akibat meningkatnya pasokan timah di pasar dunia khususnya di kuartal pertama dan kedua tahun 2015.
Turunnya harga rata-rata jual, lanjut dia, membuat perseroan mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 85 persen dari Rp672,99 miliar di 2014 menjadi Rp101,56 miliar di tahun 2015.
"Tahun 2015 merupakan tahun yang masih suram bagi industri pertimahan global maupun perseroan. Perekonomian global yang masih lesu berdampak terhadap menurunnya permintaan sehingga harga komoditas timah anjlok," katanya.
Pada 2016, Sukrisno mengemukakan bahwa pihaknya berharap terhadap pemerintah untuk konsistensi penuh menyelesaikan kasus-kasus "illegal mining" yang marak terjadi di sektor pertambangan, termasuk penambangan mineral timah.
"Sebagaimana telah sama-sama dipahami, selama ini salah satu masalah utama yang membuat harga timah tidak bisa bergerak ke arah sewajarnya adalah adanya praktik tambang liar lengkap dengan jalur-jalur pasokan dan distribusinya," katanya.
Menghadapi kondisi harga komoditas timah yang masih rendah, ia mengatakan perseroan akan konsisten melanjutkan program efisiensi tidak hanya pada lini produksi dan operasional, tetapi terhadap seluruh rantai kegiatan operasinya, menjadikan efisiensi sebagai budaya setiap jajaran dalam menjalankan tugas.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: