Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengakui Gempa Samudera Hindia yang terjadi pada Rabu (2/3) malam dirasakan sampai di Jakarta.

"Kemarin saya merasakan guncangannya saat berada di lantai delapan kantor (BNPB)," kata Sutopo di sela-sela konferensi pers "Update Gempa 7,8 SR dan Tsunami di Mentawai" di kantor BNBP, Jakarta, Kamis.

Setelah itu, kata Sutopo, pihaknya langsung menerima informasi bahwa telah terjadi gempa 7,8 SR di area 682 kilometer dari barat daya Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang berpotensi tsunami.

"Gempa berada di zona Investigator Fracture Zone (IFZ), di mana zona tersebut merupakan daerah pergeseran lempeng secara mendatar. Karena pergeseran terjadi secara mendatar, maka potensi terjadinya tsunami sangat kecil. Namun, apabila terjadi tsunami kemungkinan tsunami yang terjadi dalam skala kecil," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan terjadi kesalahan penyebutan nama terkait gempa di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat tersebut.

"Yang selama ini beredar di media massa itu kan Gempa Mentawai, itu salah. Seharusnya gempa Samudera Hindia karena terjadinya di segmen Samudera Hindia bukan di Mentawai," katanya.

Menurut Sutopo, akibat salah dalam penyebutan nama tersebut, masyarakat Mentawai menjadi panik karena selama ini timbul wacana apabila terjadi gempa besar di sana kemudian diikuti oleh tsunami.

"Sehingga kami meminta agar media mulai saat ini menggunakan nama Gempa Samudera Hindia dalam pemberitaan-pemberitaan selanjutnya," ucap Sutopo.