Surabaya (ANTARA News) - Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa menargetkan pada 2019 Indonesia bebas dari lokalisasi dan prostitusi seiring tak berhentinya upaya penutupan yang dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

"Pemerintah Pusat terus bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menutup lokalisasi dan ditargetkan 2019 Indonesia harus bebas lokalisasi," ujarnya ketika ditemui di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo Surabaya, Kamis.

Berdasarkan data dari Kemensos, jumlah lokalisasi yang ada di Indonesia semula sebanyak 168 titik, namun telah ditutup sebanyak 69 titik sehingga tinggal 99 titik lainnya yang tersisa.

Dari titik-titik lokalisasi, kata dia, Jawa Timur berada di urutan tertinggi jumlah lokalisasinya yaitu dengan 41 titik, namun sejak akhir 2015 telah ditutup 40 titik sehingga menyisakan satu titik di Balung Cangkring, Kota Mojokerto.

"Bahkan, Kota Mojokerto sudah kirim surat terkait persiapan penutupan lokalisasi yang direncanakan sebelum Ramadhan tahun ini. Kalau ditutup maka Jatim 100 persen bebas lokalisasi," ucapnya.

Tidak hanya di Mojokerto, kata dia, Bupati Tangerang juga sudah siap melakukan penutupan lokalisasi sebelum bulan puasa tahun ini.

Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama tersebut juga menyampaikan bahwa lokalisasi terbanyak kedua berada di Provinsi Kalimantan Timur dengan 35 titik, di antaranya di Kabupaten Kutai Kartanegara sebanyak 12 titik.

"Gubernur Kaltim dan para Bupati di Kaltim mulai mencanangkan penutupan lokalisasi. Bahkan dua titik di Kutai Kartanegara rencananya sebelum Ramadhan juga akan ditutup," katanya.

Menteri kelahiran Surabaya tersebut menegaskan, penutupan lokalisasi sangat bergantung pada komitmen dan kekuatan seorang pemimpin.

Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengaku lokalisasi di Balung Cangkring akan ditutup dan ditargetkan sebelum Juni 2016.

"Saya masih punya hutang satu pada Bu Menteri Sosial yaitu lokalisasi di Mojokerto. Sebelum puasa harus sudah ditutup," kata Pakde Karwo, sapaan akrabnya.

Ia menjelaskan, lokalisasi Balung Cangkring memang berbeda dengaan lokalisasi lain karena dulunya digunakan untuk menampung tiga kelompok masyarakat, yaitu pelaku UMKM, gelandangan, serta wanita tuna susila dan mucikari.

"Nanti setelah ditutup akan dibenahi dan dibantu para pelaku UMKM beserta gelandangan agar tidak seperti sekarang dan lebih mandiri," katanya.