Jakarta (ANTARA News) - Perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada pekan depan masih akan didominasi sentimen dari ketidakpastian bursa regional. Analis Saham PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA di Jakarta, Minggu, mengatakan bahwa ketidakpastian bursa regional yang dipicu oleh bursa AS yang perekonomiannya mengalami penurunan masih akan mempengaruhi perdagangan BEJ. "Pada akhir-akhir ini regional masih dominan, dan kayaknya akan berlanjut hingga pekan depan," tambahnya. Walaupun secara teknikal, lanjut Krisna, ada peluang naik, namun melihat kondisi regional yang masih suram akan menjadi tekanan yang akan mempengaruhi kebijakan para pelaku pasar dari dalam negeri. Selain itu, tambahnya, performa turunnya beberapa perusahaan berkapital besar, seperti Astra Internasional (ASII), Gudang Garam (GGRM), akan kembali menjadi tekanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ. "Mungkin ada peluang naik pada saham pertambangan yang ditopang membaiknya kinerja sektor tersebut dan harga komoditinya yang meningkat. Namun tingginya kenaikan harga pada perdagangan sebelumnya masih menjadi kekhawatiran untuk ambil untung," ungkapnya. Sementara dari sektor perbankan juga belum menunjukkan hal yang positif. "Walaupun ada perkiraan Bank Indonesia akan kembali menurunkan BI-rate karena turunnya inflasi Februari menjadi 0,62 persen belum dapat mengangkat harga saham perbankan," tambahnya. Selama pekan ini IHSG ditutup turun 31,534 poin menjadi 1.760,019 dan indeks LQ45 melemah 7,470 poin ke level 372,020. Pelemahan indeks pada pekan ini disebabkan oleh anjloknya bursa Shanghai yang hampir sebesar 9 persen telah membuat bursa global mengalami koreksi dan termasuk perdagangan saham di BEJ. Walaupun IHSG sempat naik karena didorong oleh data inflasi Februari yang di bawah perkiraan pasar (0,62 persen), namun faktor regional masih terlalu dominan dan menyebabkan selama sepekan mengalami koreksi. (*)