Menperin bidik industri pulp rangking enam dunia
1 Maret 2016 20:57 WIB
Menteri Perindustrian Saleh Husin saat mengunjungi pembangunan pabrik PT OKI Pulp and Paper Mills di Sumatera, Selatan, Selasa. (ANTARA News/Sella Panduarsa Gareta)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Saleh Husin membidik industri pulp Indonesia naik rangking menjadi enam di dunia, di mana saat ini industri tersebut berada pada peringkat sembilan untuk pulp dan enam untuk kertas, serta ketiga untuk keduanya di Asia.
"Dengan beroperasi pabrik PT OKI Pulp and Paper Mills nanti, saya berharap industri pulp kita melompat naik ke ranking 6 dari posisi sembilan dunia," kata Saleh melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi pembangunan pabrik pulp dan kertas milik PT OKI di Sumatera Selatan dengan nilai investasi Rp40 triliun.
Menurutnya, peta industri pulp dan kertas dunia terus berubah dan hal ini menguntungkan Indonesia.
Industri ini bergeser dari negara-negara di Amerika Utara dan Scandinavia (Eropa Utara) ke Asia termasuk Indonesia, negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin.
"Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas," kata Menteri Perindustrian Saleh.
Kontinuitas pasokan bahan baku untuk industri pulp dan kertas nasional terjaga dari pengembangan Hutan Tanaman Industri.
Saleh menambahkan, Indonesia unggul dalam pasokan bahan baku karena iklim yang cocok bagi tanaman HTI seperti akasia dan eucalyptus.
"Dengan beroperasi pabrik PT OKI Pulp and Paper Mills nanti, saya berharap industri pulp kita melompat naik ke ranking 6 dari posisi sembilan dunia," kata Saleh melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Saleh menyampaikan hal tersebut saat mengunjungi pembangunan pabrik pulp dan kertas milik PT OKI di Sumatera Selatan dengan nilai investasi Rp40 triliun.
Menurutnya, peta industri pulp dan kertas dunia terus berubah dan hal ini menguntungkan Indonesia.
Industri ini bergeser dari negara-negara di Amerika Utara dan Scandinavia (Eropa Utara) ke Asia termasuk Indonesia, negara-negara Asia Timur dan Amerika Latin.
"Kombinasi pergeseran dan prediksi kenaikan kebutuhan kertas dunia dari 394 juta ton menjadi 490 juta ton pada 2020, memberi peluang bagi kita untuk mengembangkan industri pulp dan kertas," kata Menteri Perindustrian Saleh.
Kontinuitas pasokan bahan baku untuk industri pulp dan kertas nasional terjaga dari pengembangan Hutan Tanaman Industri.
Saleh menambahkan, Indonesia unggul dalam pasokan bahan baku karena iklim yang cocok bagi tanaman HTI seperti akasia dan eucalyptus.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: