Kapal pesiar Artania singgahi Ambon
28 Februari 2016 23:03 WIB
Ilustrasi--Kapal Pesiar Pertama 2016 Di Belawan Kapal tunda milik PT Pelindo I mendampingi Kapal MS Hamburg ketika meninggalkan Terminal Penumpang Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (27/2). Kapal yang membawa 306 wisatawan mancanegara dari Jerman, Austria dan Swiss tersebut merupakan kapal pesiar pertama di tahun 2016 yang bersandar di Pelabuhan Belawan. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi)
Ambon (ANTARA News) - Kapal pesiar MS Artania berbendera Bermuda menyinggahi Pelabuhan Yos Sudarso Kota Ambon selama 10 jam, Minggu.
Kapal Artania dengan bobot 44.656 Gross Tonage (GT) dan panjang 230,6 meter membawa wisatawan mancanegara sebanyak 794 orang dan 516 orang kru singgah di Kota Ambon selama 10 jam.
Kapal pesiar merapat di pelabuhan Yos Sudarso pukul 07.30 disambut dengan tarian lenso, permainan alat musik tifa dan totobuang yang menampilkan lagu khas Maluku.
Setelah merapat para penumpang dan kapten kapal itu disambut staf ahli bidang ekonomi Pieter Ohman dengan mengalungkan kain tanimbar khas Maluku.
Kapten kapal MS Artania Morten Hansen menyatakan kunjungan para wisatawan untuk mencari destinasi wisata yang baru yang belum pernah mereka kunjunggi, dan Kota Ambon merupakan salah satu tujuan.
"Sebelum mengunjungi Ambon kita juga mengunjungi Banda, walaupun di Banda saya tidak sempat turun bersama dengan wisatawan saya yakin daerah ini memiliki potensi wisata yang menjanjikan," katanya.
Ia mengakui, para wisatawan dari berbagai negara memiliki kesempatan berkeliling dunia untuk mencari tempat wisata baru di luar negara, sehingga melakukan tour bersama dengan MS Artania ke Eropa, Australia dan Asia.
"Ambon merupakan salah satu kota tujuan dari perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar, selanjutnya perjalanan akan dilanjutkan ke Filipina," ujarnya.
Morten berjanji pihaknya akan menceritakan perjalanan ini ke kapal pesiar yang lain agar dapat melakukan kunjungan ke kota Ambon.
"Saya yakin ke depan semakin banyak kapal pesiar lainnya akan berkunjung ke Ambon dengan membawa lebih banyak wisatawan untuk berkunjung," ujarnya.
Sementara itu Staf Ahli Wali Kota Ambon, Pieter Oman mangatakan, perlu adanya kepercayaan dunia kepada Kota Ambon sebagai kota yang aman, damai dan layak untuk dikunjungi.
"Ambon sejak abad pertengahan telah dikenal sebagai bumi rempah-rempah, dan hal ini membuat banyak wisatawan datang berkunjung, selain itu juga memiliki keindaan alam yang luar biasa," ujarnya
Dia menjelaskan, hubungan emosional antara masyarakat Maluku dan Australia telah lama terjalin yakni sejak perang dunia II bahkan telah diwujudkan dengan kerjasama sister city antara Ambon dan Darwin.
"Kunjungan ini wisatawan bisa melihat sendiri kondisi kota dan kami berharap kunjungan ini juga berdampak bagi perekonomian di Kota Ambon," katanya.
Para wisatawan terbagi dalam dua kelompok yakni mengunjungi kawasan pusat kota di antaranya patung Christina Martha Tiahahu, monumen Gong Perdamaian Dunia (GPD), taman persemakmuran Australia, pantai Collin Beach Latuhalat dan objek wisata religi yakni Masjid Jami, Gereja Maranatha, dan Gereja Katedral.
Sedangkan kelompok kedua akan mengunjungi kawasan Pulau Ambon yakni Pantai Natsepa, Liang, pemandian air panas di Desa Tulehu, Kolam Morea di Waai dan sejumlah lokasi lainnya.
Kapal Artania dengan bobot 44.656 Gross Tonage (GT) dan panjang 230,6 meter membawa wisatawan mancanegara sebanyak 794 orang dan 516 orang kru singgah di Kota Ambon selama 10 jam.
Kapal pesiar merapat di pelabuhan Yos Sudarso pukul 07.30 disambut dengan tarian lenso, permainan alat musik tifa dan totobuang yang menampilkan lagu khas Maluku.
Setelah merapat para penumpang dan kapten kapal itu disambut staf ahli bidang ekonomi Pieter Ohman dengan mengalungkan kain tanimbar khas Maluku.
Kapten kapal MS Artania Morten Hansen menyatakan kunjungan para wisatawan untuk mencari destinasi wisata yang baru yang belum pernah mereka kunjunggi, dan Kota Ambon merupakan salah satu tujuan.
"Sebelum mengunjungi Ambon kita juga mengunjungi Banda, walaupun di Banda saya tidak sempat turun bersama dengan wisatawan saya yakin daerah ini memiliki potensi wisata yang menjanjikan," katanya.
Ia mengakui, para wisatawan dari berbagai negara memiliki kesempatan berkeliling dunia untuk mencari tempat wisata baru di luar negara, sehingga melakukan tour bersama dengan MS Artania ke Eropa, Australia dan Asia.
"Ambon merupakan salah satu kota tujuan dari perjalanan dengan menggunakan kapal pesiar, selanjutnya perjalanan akan dilanjutkan ke Filipina," ujarnya.
Morten berjanji pihaknya akan menceritakan perjalanan ini ke kapal pesiar yang lain agar dapat melakukan kunjungan ke kota Ambon.
"Saya yakin ke depan semakin banyak kapal pesiar lainnya akan berkunjung ke Ambon dengan membawa lebih banyak wisatawan untuk berkunjung," ujarnya.
Sementara itu Staf Ahli Wali Kota Ambon, Pieter Oman mangatakan, perlu adanya kepercayaan dunia kepada Kota Ambon sebagai kota yang aman, damai dan layak untuk dikunjungi.
"Ambon sejak abad pertengahan telah dikenal sebagai bumi rempah-rempah, dan hal ini membuat banyak wisatawan datang berkunjung, selain itu juga memiliki keindaan alam yang luar biasa," ujarnya
Dia menjelaskan, hubungan emosional antara masyarakat Maluku dan Australia telah lama terjalin yakni sejak perang dunia II bahkan telah diwujudkan dengan kerjasama sister city antara Ambon dan Darwin.
"Kunjungan ini wisatawan bisa melihat sendiri kondisi kota dan kami berharap kunjungan ini juga berdampak bagi perekonomian di Kota Ambon," katanya.
Para wisatawan terbagi dalam dua kelompok yakni mengunjungi kawasan pusat kota di antaranya patung Christina Martha Tiahahu, monumen Gong Perdamaian Dunia (GPD), taman persemakmuran Australia, pantai Collin Beach Latuhalat dan objek wisata religi yakni Masjid Jami, Gereja Maranatha, dan Gereja Katedral.
Sedangkan kelompok kedua akan mengunjungi kawasan Pulau Ambon yakni Pantai Natsepa, Liang, pemandian air panas di Desa Tulehu, Kolam Morea di Waai dan sejumlah lokasi lainnya.
Pewarta: Penina Mayaut
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: