Damaskus (ANTARA News) - Militer pemerintah pada Sabtu, menyatakan gerilyawan bersenjata di pinggiran timur Damaskus menembakkan beberapa bom mortir ke dalam ibu kota Suriah tersebut, kata kantor berita Suriah, SANA.

Bom mortir itu ditembakkan dari pinggiran Damaskus yang dikuasai gerilyawan, Jobar dan Douma, beberapa jam setelah gencatan senajata, kata Komando Umum Angkatan Darat Suriah.

Militer Suriah memperingatkan mengenai konsekuensi dari serangan semacam itu, dan mendesak rakyat di wilayah itu agar memilih untuk rekonsiliasi dengan pemerintah.

Pernyataan itu juga mendesak rakyat agar menekan gerilyawan, yang katanya "berusaha mengagalkan upaya untuk memulihkan perdamaian dan keamanan di daerah mereka".

Sebagian besar wilayah pinggiran timur Damaskus dikuasai oleh Tentara Islam. Namun, beberapa kantong di sana dikuasai oleh Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida dan tidak termasuk dalam rencana gencatan senjata.

Bersama kelompok ISIS, Front An-Nusra dimasukkan ke dalam daftar kelompok teroris oleh PBB.

Bom mortir yang ditembakkan pada Sabtu mendarat di daerah dekat Bundaran Abaseen, kata sumber tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua.

Serangan tersebut terjadi saat ketenangan menyelimuti daerah itu.

Wartawan Xinhua mengunjungi distrik Bab Touma, Qassa dan Abaseen, ketiganya berada sekitar satu kilometer dari Jobar, dan menyaksikan kehidupan berjalan normal di daerah itu.

Meskipun ada pelanggaran kecil berupa serangan mortir dan reaksi pemerintah, rakyat di semua distrik tersebut telah menyampaikan rasa lega dengan ketenangan di sebagian wilayah itu.

Gencatan senjata berlaku pada Jumat tengah malam, sebagai bagian dari kesepakatan antara Rusia dan AS.

Pemerintah Suriah dan sebanyak 90 kelompok gerilyawan mengatakan mereka akan mematuhi gencatan senjata itu. Namun, tidak ada peta yang jelas mengenai lokasi gerilyawan yang akan dijadikan sasaran.

(Uu.C003)