Tokyo (ANTARA News) - Kurs yen menguat terhadap dolar di perdagangan Asia pada Jumat, karena sentimen investor menjadi lebih cerah oleh reli saham-saham Asia menjelang pertemuan para kepala keuangan ekonomi utama G20.

Investor sedang mencari tanda-tanda para pembuat kebijakan berencana melepaskan lebih banyak stimulus fiskal atau moneter untuk mendorong ekonomi global yang goyah, terpukul oleh pelambatan di Tiongkok dan jatuhnya harga minyak, pada pertemuan dua hari G20 di Shanghai pada Jumat.

"Pasar menguat menjelang pertemuan G20, meningkatkan aset-aset berisiko," Mansoor Mohi-uddin, ahli strategi pasar senior Royal Bank of Scotland Group di Singapura mengatakan kepada Bloomberg News.

"Risiko bahwa sentimen investor dikecewakan hasil pertemuan ini, mengakibatkan penguatan baru pada yen."

Dolar turun tipis menjadi 112,90 yen dari 112,95 yen di New York pada Kamis sore, tapi naik dari 112,27 yen di Tokyo pada Kamis. Euro menguat menjadi 1,1063 dolar dan 124,86 yen dari 1,1023 dolar dan 124,51 yen di perdagangan AS.

Unit Jepang telah melonjak tahun ini karena para pedagang meraup mata uang yang secara luas dilihat sebagai taruhan yang aman pada saat terjadi gejolak.

Di Jepang, berita bahwa inflasi turun ke nol pada Januari menyuarakan kekhawatiran tentang ekonomi nomor tiga dunia itu, ketika mencoba untuk melepaskan penurunan harga atau deflasi bertahun-tahun dan berupaya meningkatkan pertumbuhan.

Berita itu -- pukulan terbaru untuk Perdana Menteri Shinzo Abe setelah tiga tahun mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan dengan sejumlah kebijakan yang mencakup belanja pemerintah dan program pembelian obligasi bank sentral yang belum pernah terjadi sebelumnya -- memacu pembicaraan tindakan lainnya oleh bank sentral Jepang (BoJ).

Bank sentral Jepang dijadwalkan akan mengadakan pertemuan berikutnya pada Maret.

"Kenaikan dalam program pembelian aset BoJ tampaknya menjadi apa

yang pasar sedang minta," Angus Nicholson, seorang analis pasar di IG di Melbourne, menulis dalam sebuah catatan kliennya.

Nicholson menambahkan bahwa investor juga berhati-hati bahwa setiap langkah BoJ lebih lanjut bisa membahayakan status yen sebagai "safe haven".

Nicholson menyimpulkan: "Banyak volatilitas yen terjadi tahun ini."

Dalam perdagangan lainnya, sentimen lebih cerah mendorong mata uang negara-negara berkembang dengan imbal lebih tinggi menguat terhadap dolar.

Ringgit Malaysia yang terkait minyak dan won Korea Selatan menguat 0,24 persen terhadap mata uang AS, sedangkan rupiah Indonesia naik 0,22 persen.

Dolar Singapura dan Taiwan serta peso Filipina juga mencatat kenaikan.

Pasar juga didukung oleh harapan langkah-langkah stimulus dari pertemuan G20, karena prospek suram untuk ekonomi global telah menambah tekanan pada pemerintah dan bank sentral untuk melepaskan senjata fiskal dan moneter guna membantu merangsang pertumbuhan, demikian AFP melaporkan.

(A026/B012)