Turki tidak optimistis atas gencatan senjata di Suriah
24 Februari 2016 01:26 WIB
Dokumentasi barisan truk berisi bantuan memenuhi jalan sebelum tiba di Damaskus dalam foto handout yang dirilis Rabu (17/2). 100 truk bantuan kemanusiaan bersiap menuju wilayah Suriah yang terkepung melalui Damaskus kemarin, menurut keterangan Bulan Sabit Merah Suriah, saat pengiriman bantuan terbaru bagi warga yang terjebak perang. (REUTERS/Syrian Arab Red Crescent/Handout via Reuters)
Ankara, Turki (ANTARA News) - Turki tidak optimistis atas implementasdi gencatan senjata di Suriah yang diumumkan Amerika Serikat dan Rusia, mengancam akan melancarkan serangan-serangan artileri terhadap para pejuang Kurdi Suriah.
"Saya sambut baik gencatan senjata ini tetapi saya sangat tidak optimistis bahwa semua pihak akan menghormatinya," kata Deputi Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus, kepada wartawan, di Ankara, Selasa.
Ia juga memperingatkan, Turki dapat melancarkan serangan-serangan terhadap milisi Unit Proteksi Rakyat Kurdi (YPG) di dalam wilayah Suriah, sebagaimana Ankara lakukan beberapa hari pekan lalu.
Kurtulmus mengatakan Turki akan terus jika perlu membalas serangan-serangan dari Suriah bahkan setelah gencatan senjata berlaku pada 27 Februari.
"Turki akan membela integritas teritorialnya. Itu sudah jelas," tambah dia.
Turki telah diingatkan kemajuan-kemajuan pasukan YPG di bagian utara Suriah, takut mereka sedang mempersiapkan kawasan otonomi Kurdi di pintu masuk negara itu.
Ankara menuduh YPG dan sayap politik Partai Uni Demokratik, cabang di Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. PKK telah lama melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki.
Turki juga menuduh pasukan Kurdi Suriah bekerja sama dengan Rusia, yang menentang keras tujuan strategis Ankara menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kurtulmus mengatakan bahwa ia masih belum merasa yakin gencatan senjata dapat dilaksanakan dengan efektif karena ia takut Rusia akan terus melancarkan serangan-serangan udara di Suriah.
"Kami berharap tak ada yang mencoba dan melancarkan serangan-serangan udara dan tak satu pihakpun akan membunuh warga sipil selama gencatan senjata," katanya.
"Kami berharap bahwa semua kelompok di Suriah, termasuk oposisi yang moderat akan ikut serta dalam pembangunan kembali negara itu di akhir negosiasi."
Persetujuan gencatan senjata diumumkan, Senin, oleh Moskow dan Washington tetapi tidak berlaku atas ISIS atau Front Al-Nusra, yang berafiliasi dengan Al Qaeda.
Turki mendukung pasukan pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Asaad, tetapi berulang-ulang membantah mengirim senjata secara gelap kepada pasukan Islamis di seluruh perbatasannya.
"Saya sambut baik gencatan senjata ini tetapi saya sangat tidak optimistis bahwa semua pihak akan menghormatinya," kata Deputi Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus, kepada wartawan, di Ankara, Selasa.
Ia juga memperingatkan, Turki dapat melancarkan serangan-serangan terhadap milisi Unit Proteksi Rakyat Kurdi (YPG) di dalam wilayah Suriah, sebagaimana Ankara lakukan beberapa hari pekan lalu.
Kurtulmus mengatakan Turki akan terus jika perlu membalas serangan-serangan dari Suriah bahkan setelah gencatan senjata berlaku pada 27 Februari.
"Turki akan membela integritas teritorialnya. Itu sudah jelas," tambah dia.
Turki telah diingatkan kemajuan-kemajuan pasukan YPG di bagian utara Suriah, takut mereka sedang mempersiapkan kawasan otonomi Kurdi di pintu masuk negara itu.
Ankara menuduh YPG dan sayap politik Partai Uni Demokratik, cabang di Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. PKK telah lama melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki.
Turki juga menuduh pasukan Kurdi Suriah bekerja sama dengan Rusia, yang menentang keras tujuan strategis Ankara menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kurtulmus mengatakan bahwa ia masih belum merasa yakin gencatan senjata dapat dilaksanakan dengan efektif karena ia takut Rusia akan terus melancarkan serangan-serangan udara di Suriah.
"Kami berharap tak ada yang mencoba dan melancarkan serangan-serangan udara dan tak satu pihakpun akan membunuh warga sipil selama gencatan senjata," katanya.
"Kami berharap bahwa semua kelompok di Suriah, termasuk oposisi yang moderat akan ikut serta dalam pembangunan kembali negara itu di akhir negosiasi."
Persetujuan gencatan senjata diumumkan, Senin, oleh Moskow dan Washington tetapi tidak berlaku atas ISIS atau Front Al-Nusra, yang berafiliasi dengan Al Qaeda.
Turki mendukung pasukan pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Asaad, tetapi berulang-ulang membantah mengirim senjata secara gelap kepada pasukan Islamis di seluruh perbatasannya.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: