Ankara, Turki (ANTARA News) - Turki tidak optimistis atas implementasdi gencatan senjata di Suriah yang diumumkan Amerika Serikat dan Rusia, mengancam akan melancarkan serangan-serangan artileri terhadap para pejuang Kurdi Suriah.

"Saya sambut baik gencatan senjata ini tetapi saya sangat tidak optimistis bahwa semua pihak akan menghormatinya," kata Deputi Perdana Menteri Turki, Numan Kurtulmus, kepada wartawan, di Ankara, Selasa.

Ia juga memperingatkan, Turki dapat melancarkan serangan-serangan terhadap milisi Unit Proteksi Rakyat Kurdi (YPG) di dalam wilayah Suriah, sebagaimana Ankara lakukan beberapa hari pekan lalu.

Kurtulmus mengatakan Turki akan terus jika perlu membalas serangan-serangan dari Suriah bahkan setelah gencatan senjata berlaku pada 27 Februari.

"Turki akan membela integritas teritorialnya. Itu sudah jelas," tambah dia.

Turki telah diingatkan kemajuan-kemajuan pasukan YPG di bagian utara Suriah, takut mereka sedang mempersiapkan kawasan otonomi Kurdi di pintu masuk negara itu.

Ankara menuduh YPG dan sayap politik Partai Uni Demokratik, cabang di Suriah dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang. PKK telah lama melancarkan pemberontakan terhadap negara Turki.

Turki juga menuduh pasukan Kurdi Suriah bekerja sama dengan Rusia, yang menentang keras tujuan strategis Ankara menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Kurtulmus mengatakan bahwa ia masih belum merasa yakin gencatan senjata dapat dilaksanakan dengan efektif karena ia takut Rusia akan terus melancarkan serangan-serangan udara di Suriah.

"Kami berharap tak ada yang mencoba dan melancarkan serangan-serangan udara dan tak satu pihakpun akan membunuh warga sipil selama gencatan senjata," katanya.

"Kami berharap bahwa semua kelompok di Suriah, termasuk oposisi yang moderat akan ikut serta dalam pembangunan kembali negara itu di akhir negosiasi."

Persetujuan gencatan senjata diumumkan, Senin, oleh Moskow dan Washington tetapi tidak berlaku atas ISIS atau Front Al-Nusra, yang berafiliasi dengan Al Qaeda.

Turki mendukung pasukan pemberontak yang berusaha menggulingkan Presiden Suriah, Bashar al-Asaad, tetapi berulang-ulang membantah mengirim senjata secara gelap kepada pasukan Islamis di seluruh perbatasannya.