Purwokerto (ANTARA News) - Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur, Jawa Tengah segera mengembangkan empat destinasi wisata alam di sejumlah kawasan hutan yang dikelola badan usaha milik negara (BUMN) itu.

"Salah satu destinasi wisata yang akan kami kembangkan adalah Bukit Pangonan di Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, sebagai tempat untuk melihat sunrise. Selama ini, tempat terkenal untuk menyaksikan sunrise di Dieng adalah Bukit Sikunir dan Gunung Prahu," kata Administrator Perum Perhutani KPH Banyumas Timur Wawan Triwibowo di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Selasa.

Menurut dia, Bukit Pangonan cukup unik karena ketika wisatawan hendak naik harus melewati padang savana yang luas.

Di padang savana tersebut terdapat rumput yang membentuk terowongan sehingga wisatawan bisa masuk ke dalamnya.

"Itu sedang kami kembangkan bersama LMDH, Lembaga Masyarakat Desa Hutan yang ada di sana. Saat ini, sudah banyak wisatawan yang berminat mengunjungi Bukit Pangonan," katanya.

Ia melengkapi Bukit Pangonan dengan "basecamp" yang diresmikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu.

"Nantinya, barang bawaan mereka akan dicacat. Ketika barang bawaannya tidak memenuhi standar keamanan, ya jangan naik," katanya.

Destinasi wisata lainya, Gunung Selok View di Adipala, Kabupaten Cilacap.

"Selain dikenal sebagai tempat wisata religi, di sana (Gunung Selok, red.) terdapat pemandangan yang sangat bagus. Saat kita ke sana, kita melewati hutan mahoni dan kira-kira 300 meter setelah hutan mahoni, kita bisa melihat hamparan laut selatan dan sawah yang hijau," katanya.

Ia mengatakan bahwa pihaknya akan membangun semacam teras yang dapat digunakan wisatawan untuk berfoto dan seolah-olah sedang berada di atas awan.

Ia mengadaptasi konsep wisata yang dikembangkan di Kalibiru, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia juga akan mengembangkan wisata alam di Dusun Kalipagu, Desa Ketenger, Kecamatan Baturraden.

"Selama ini banyak yang kemah dan kebetulan di sana ada situs purbakala Watu Lumpang. Selain itu juga ada Curug Pengantin," katanya.

Menurut dia, pihaknya juga berencana untuk menata jalur pendakian Gunung Slamet dari arah Baturraden dengan menggandeng masyarakat setempat, LMDH, dan pecinta alam yang profesional dalam pengelolaan jalur pendakian.

Ia mengharapkan jalur pendakian Gunung Slamet dari arah Baturraden itu bersifat eksklusif atau tidak bersifat massal.

"Kita ingin pendakian yang bersahabat dengan alam. Jangan sampai orang mendaki membawa kantong plastik dan lain-lain sehingga meninggalkan sampah-sampah yang tidak terurai," katanya.