Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan pencabutan subsidi bahan bakar minyak yang dilakukan Indonesia ditiru oleh beberapa negara seperti Iran dan Arab Saudi.

"Beberapa negara mencontoh kita seperti Arab Saudi dan Iran. Banyak negara yang tadinya mensubsidi BBM, sekarang mulai pelan-pelan melepas subsidi dan mengikuti kita," kata Wiratmaja di Jakarta, Senin.

Menurut dia, tidak hanya ide mencabut subsidi dalam rangka mengurangi beban negara, kedua negara itu juga mencontek penetapan harga BBM yang dievaluasi per tiga bulan.

"Pola periodenya mengikuti kita," ujarnya.

Wiratmaja mengklaim, skema penetapan harga BBM yang dievaluasi per tiga bulan membuat pemerintah dapat memberi kestabilan harga bagi dunia usaha.

Tidak hanya itu, kestabilan dan kepastian harga BBM juga dinilai dapat menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi dan kestabilan ekonomi Indonesia itu di dunia nomor tiga setelah Tiongkok dan India," katanya.

Wiratmaja menjelaskan, dengan skema tersebut, pemerintah akan menetapkan harga BBM untuk tiga bulan mendatang berdasarkan harga rata-rata minyak dunia pada tiga bulan sebelumnya.

Perhitungan harga BBM itu juga disesuaikan dengan nilai tukar rupiah pada periode yang sama.

"Jadi apa yang dijual Januari - Maret 2016 itu adalah harga rata-rata Oktober - Desember 2015," katanya.

Sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM, sebagaimana diubah Permen ESDM Nomor 4 Tahun 2015 dan Permen ESDM Nomor 39 Tahun 2015, penetapan harga BBM itu berlaku mulai awal Januari lalu.

Ia menambahkan, kebijakan tersebut diambil melalui kajian yang dilakukan sebelumnya.

"Perkembangan terakhir ini kan harga minyak dunia naik turun. Kami lihat sebelumnya, pas harga (BBM) turun, harga barang tidak turun. Tetapi saat harganya naik, harga barang ikut melonjak. Makanya kami jaga agar bisa saling mengkompensasi dengan sistem ini," katanya.