Mantan Gafatar rentan direkrut Jamaah Islamiyah, kata Kapolda Yogyakarta
22 Februari 2016 09:54 WIB
Sekeluarga Menghilang Ikut Gafatar Warga melihat tabloid Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara) terbitan 2014 di Jombang, Jawa Timur, Rabu (13/1). MUI Jombang menyebutkan beberapa lokasi yang digunakan Gafatar atau organisasi sejenis sebagai basis, diantaranya Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto, Denanyar dan Plandi. Namun belum ada laporan warga yang hilang. Saat ini MUI memantauan bersama pihak Kejaksaan dan Kepolisian untuk mengatisipasi gerakan radikal berkembang di wilayah Jombang. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/pd/15 ()
Yogyakarta (ANTARA News) - Para mantan pengikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berpotensi untuk direkrut oleh kelompok Jamaah Islamiah (JI) bila tidak diberikan bimbingan yang tepat.
"Mereka (JI dan Gafatar) punya beberapa pemahaman yang sama. Kalau penanganannya nggak tepat, bisa saja para anggota eks Gafatar direkrut oleh JI di kemudian hari," kata Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Erwin Triwanto, di Polda Yogya, Yogyakarta, Senin.
Ia mengatakan beberapa pemahaman yang sama dalam kedua kelompok itu diantaranya ajaran tentang fai dan thogut sehingga dikhawatirkan muncul ketertarikan para mantan pengikut Gafatar untuk bergabung ke organisasi lain yang memiliki pemahaman serupa.
"Fai, mereka boleh merampok harta orang-orang kafir. Thogut, penyebutan untuk orang-orang di luar kelompok mereka," katanya.
Ia berharap peranan pemda dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar lebih maksimal dalam menangani para mantan jaringan Gafatar.
"Saya harap pemerintah jangan asal tarik (eks Gafatar), menampung dan membina mereka begitu saja. Jangan anggap kecil Gafatar. Harus serius pemda, MUI, Kejaksaan Agung," katanya.
Pasalnya, menurut Erwin, Gafatar tidak mengenal kata bubar, tapi hanya mengalami masa kemunduran sehingga dikhawatirkan dapat kembali bangkit.
"Sekarang mereka (Gafatar) sedang surut," ujar jenderal bintang satu itu.
Pihaknya mendesak para pemangku kepentingan tersebut untuk mengawasi dan membina eks jaringan Gafatar secara intensif untuk mencegah mereka kembali bergerak untuk merekrut anggota-anggota baru.
"Mereka (JI dan Gafatar) punya beberapa pemahaman yang sama. Kalau penanganannya nggak tepat, bisa saja para anggota eks Gafatar direkrut oleh JI di kemudian hari," kata Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Erwin Triwanto, di Polda Yogya, Yogyakarta, Senin.
Ia mengatakan beberapa pemahaman yang sama dalam kedua kelompok itu diantaranya ajaran tentang fai dan thogut sehingga dikhawatirkan muncul ketertarikan para mantan pengikut Gafatar untuk bergabung ke organisasi lain yang memiliki pemahaman serupa.
"Fai, mereka boleh merampok harta orang-orang kafir. Thogut, penyebutan untuk orang-orang di luar kelompok mereka," katanya.
Ia berharap peranan pemda dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar lebih maksimal dalam menangani para mantan jaringan Gafatar.
"Saya harap pemerintah jangan asal tarik (eks Gafatar), menampung dan membina mereka begitu saja. Jangan anggap kecil Gafatar. Harus serius pemda, MUI, Kejaksaan Agung," katanya.
Pasalnya, menurut Erwin, Gafatar tidak mengenal kata bubar, tapi hanya mengalami masa kemunduran sehingga dikhawatirkan dapat kembali bangkit.
"Sekarang mereka (Gafatar) sedang surut," ujar jenderal bintang satu itu.
Pihaknya mendesak para pemangku kepentingan tersebut untuk mengawasi dan membina eks jaringan Gafatar secara intensif untuk mencegah mereka kembali bergerak untuk merekrut anggota-anggota baru.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: