Jakarta (ANTARA News) - Pakar Lingkungan Hidup dari Universitas Indonesia Emil Salim mengatakan uang yang didapat dari kantong plastik berbayar dapat digunakan untuk menanggulangi kemiskinan di Tanah Air.

"Meski banyak yang bilang terlambat, tetapi saya kira belum terlambat. Mari kurangi penggunaan plastik," ujar Emil di Jakarta, Minggu.

Emil menambahkan uang yang terkumpul bisa digunakan untuk menanggulangi kemiskinan.

Indonesia merupakan negara dengan penggunaan plastik terbesar di dunia. Dibutuhkan waktu setidaknya 500 tahun agar plastik bisa terurai oleh tanah.

Penggunaan plastik harus direm, dengan demikian lingkungan terjaga dan bisa menanggulangi kemiskinan."

Dia meminta pemerintah untuk gencar melakukan sosialisasi kantong plastik berbayar serta mengedukasi masyarakat tentang bahaya plastik.

Pengurangan penggunaan plastik juga berdampak pada lingkungan hidup yakni membuat tanah menjadi subur serta tanaman bisa tumbuh.

"Kami mengharapkan agar penggunaan plastik terus ditekan hingga nol pada 2020."

Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan pendidikan mengenai lingkungan hidup harus dimulai sejak dini.

"Perempuan harus peduli terhadap masalah sampah, kami akan dorong sampai ke tingkat akar rumput," jelas Giwo.

Perempuan juga perlu mendorong anggota keluarga untuk hidup bersih.

Giwo juga mendorong pemerintah untuk tidak setengah-setengah membuat peraturan. Idealnya, minimal harga kantong plastik sebesar Rp5000, sehingga masyarakat jera menggunakan kantong plastik.

Musisi pencinta lingkungan hidup, Nugie, mengatakan hanya separuh dari sampah plastik berakhir di pembuangan. Separuhnya lagi berakhir di laut dan merusak ekosistem kehidupan di laut.

"Oleh karena itu, para ibu kalau belanja di pasar ataupun swalayan bawa tas belanja sendiri," imbuh Nugie.

Sebanyak 22 kota di Indonesia serentak memberlakukan sistem kantong plastik berbayar yang dicanangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) guna mengurangi produksi sampah terutama dari bahan plastik.