Sampah jadi kendala raih Adipura
18 Februari 2016 22:25 WIB
Ajakan Tidak Menyampah Seorang petugas kebersihan mengajak pengguna jalan untuk tidak membuang sampah sembarangan, di Bandung, Jawa Barat, Minggu (27/12/2015). (ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Kudus (ANTARA News) - Pengelolaan sampah yang kurang maksimal menjadi kendala kabupaten/kota dalam meraih penghargaan Adipura, kata Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Badan Lingkungan Hidup (BLH) Jateng Evi Darmiyanti.
"Hasil evaluasi di beberapa kabupaten/kota, kegagalan dalam meraih Adipura sering kali disebabkan karena pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang belum maksimal," ujarnya saat menjadi pembicara pada acara Ekspos Adipura dan Rakor Persiapan Penilaian Adipura Tahun 2016 di Pendopo Kabupaten Kudus, Kamis.
Sebetulnya, kata dia, kabupaten kota yang meraih nilai total di atas 75 cukup banyak, namun jatuh gara-gara skor TPA yang rendah pada verifikasi akhir.
Pasalnya, kata dia, TPA memiliki bobot nilai tertinggi di antara titik pantau yang lain.
Untuk itu, kata dia, TPA menjadi titik pantau yang krusial dan menentukan dalam meraih Adipura.
Dari hasil pemantauan yang kedua, kata dia, Kudus masih harus melakukan pembenahan pada beberapa titik pantau, yakni pertokoan, perkantoran dan TPA.
Saat ini, lanjut dia, nilai ketiga titik pantau tersebut belum mencapai skor 75.
Pembicara lainnya, Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya Alam Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Setyo Winarso menjelaskan, bahwa banyak kriteria yang masuk dalam penilaian Adipura mendatang.
Agar Kabupaten Kudus bisa kembali meraih piala Adipura, kata dia, perlu dukungan semua pihak.
Di antaranya, pelibatan masyarakat dalam mengurangi produksi sampah agar sampah yang diangkut ke TPA bisa dikurangi sedemikian rupa.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Noor Yasin mengingatkan, agar tidak menjadikan Adipura sebagai tujuan akhir, melainkan membiasakan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sebagai bagian dari budaya masyarakat Kudus.
Untuk itu, kata dia, semua pihak perlu berperan aktif mensosialisasikan hidup bersih dan sehat pada lingkungannya masing-masing.
"Hasil evaluasi di beberapa kabupaten/kota, kegagalan dalam meraih Adipura sering kali disebabkan karena pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang belum maksimal," ujarnya saat menjadi pembicara pada acara Ekspos Adipura dan Rakor Persiapan Penilaian Adipura Tahun 2016 di Pendopo Kabupaten Kudus, Kamis.
Sebetulnya, kata dia, kabupaten kota yang meraih nilai total di atas 75 cukup banyak, namun jatuh gara-gara skor TPA yang rendah pada verifikasi akhir.
Pasalnya, kata dia, TPA memiliki bobot nilai tertinggi di antara titik pantau yang lain.
Untuk itu, kata dia, TPA menjadi titik pantau yang krusial dan menentukan dalam meraih Adipura.
Dari hasil pemantauan yang kedua, kata dia, Kudus masih harus melakukan pembenahan pada beberapa titik pantau, yakni pertokoan, perkantoran dan TPA.
Saat ini, lanjut dia, nilai ketiga titik pantau tersebut belum mencapai skor 75.
Pembicara lainnya, Kepala Bidang Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Sumber Daya Alam Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Setyo Winarso menjelaskan, bahwa banyak kriteria yang masuk dalam penilaian Adipura mendatang.
Agar Kabupaten Kudus bisa kembali meraih piala Adipura, kata dia, perlu dukungan semua pihak.
Di antaranya, pelibatan masyarakat dalam mengurangi produksi sampah agar sampah yang diangkut ke TPA bisa dikurangi sedemikian rupa.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus Noor Yasin mengingatkan, agar tidak menjadikan Adipura sebagai tujuan akhir, melainkan membiasakan menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan sebagai bagian dari budaya masyarakat Kudus.
Untuk itu, kata dia, semua pihak perlu berperan aktif mensosialisasikan hidup bersih dan sehat pada lingkungannya masing-masing.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: