Yogyakarta bersiap terima kedatangan eks Gafatar gelombang tiga
17 Februari 2016 16:18 WIB
Mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membawa barang mereka saat pemindahan ke daerah asal di Youth Center, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (2/1). (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/kye/16.)
Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah Kota Yogyakarta bersiap menerima kedatangan mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) gelombang ketiga yang saat ini berada di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jawa Tengah.
"Dari informasi terakhir, ada 46 orang yang dijemput di Asrama Haji Donohudan dan sekitar 20 di antaranya adalah warga Kota Yogyakarta," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta Sukamto di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, penanganan terhadap mantan anggota Gafatar gelombang tiga tidak akan berbeda jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pada gelombang pertama, tercatat 69 eks anggota Gafatar yang berasal dari Kota Yogyakarta dan pada gelombang kedua tercatat sembilan orang.
Pada gelombang pertama dan kedua, seluruh mantan anggota gerakan yang mengaku berasal dari Kota Yogyakarta itu ditempatkan sementara di Gedung Transito setelah ditampung dari gedung Youth Center di Sleman.
Namun, pada kedatangan gelombang ketiga, Sukamto belum dapat memastikan apakah seluruh mantan anggota gerakan yang berasal dari Kota Yogyakarta akan kembali ditampung di Gedung Transito.
"Dari Donohudan, mereka akan ditampung di Youth Center. Selama di sana, kami akan lakukan pendataan ulang. Jika memang bukan warga Kota Yogyakarta, maka tidak akan dimasukkan dalam daftar. Minimal, mereka memiliki orang tua yang tinggal di Yogyakarta," katanya.
Ia mengisyaratkan akan langsung memulangkan mantan anggota gerakan tersebut ke keluarganya setelah dari Gedung Youth Center di Sleman.
Sukamto mengaku tidak mengalami kendala saat menangani mantan anggota gerakan tersebut.
"Proses pemantauan yang dilakukan oleh camat, koramil, dan polsekta setempat juga terus dilakukan dan sampai saat ini tidak ada laporan apapun," katanya.
Mantan anggota gerakan yang datang pada gelombang pertama dan kedua, semuanya sudah dikembalikan ke keluarganya masing-masing dengan diketahui camat setempat.
"Mereka ditangani seperti warga yang lain. Tidak ada perlakuan istimewa. Harapannya, mereka bisa kembali ke masyarakat dan masyarakat menerima dengan baik," katanya.
"Dari informasi terakhir, ada 46 orang yang dijemput di Asrama Haji Donohudan dan sekitar 20 di antaranya adalah warga Kota Yogyakarta," kata Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Kota Yogyakarta Sukamto di Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, penanganan terhadap mantan anggota Gafatar gelombang tiga tidak akan berbeda jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pada gelombang pertama, tercatat 69 eks anggota Gafatar yang berasal dari Kota Yogyakarta dan pada gelombang kedua tercatat sembilan orang.
Pada gelombang pertama dan kedua, seluruh mantan anggota gerakan yang mengaku berasal dari Kota Yogyakarta itu ditempatkan sementara di Gedung Transito setelah ditampung dari gedung Youth Center di Sleman.
Namun, pada kedatangan gelombang ketiga, Sukamto belum dapat memastikan apakah seluruh mantan anggota gerakan yang berasal dari Kota Yogyakarta akan kembali ditampung di Gedung Transito.
"Dari Donohudan, mereka akan ditampung di Youth Center. Selama di sana, kami akan lakukan pendataan ulang. Jika memang bukan warga Kota Yogyakarta, maka tidak akan dimasukkan dalam daftar. Minimal, mereka memiliki orang tua yang tinggal di Yogyakarta," katanya.
Ia mengisyaratkan akan langsung memulangkan mantan anggota gerakan tersebut ke keluarganya setelah dari Gedung Youth Center di Sleman.
Sukamto mengaku tidak mengalami kendala saat menangani mantan anggota gerakan tersebut.
"Proses pemantauan yang dilakukan oleh camat, koramil, dan polsekta setempat juga terus dilakukan dan sampai saat ini tidak ada laporan apapun," katanya.
Mantan anggota gerakan yang datang pada gelombang pertama dan kedua, semuanya sudah dikembalikan ke keluarganya masing-masing dengan diketahui camat setempat.
"Mereka ditangani seperti warga yang lain. Tidak ada perlakuan istimewa. Harapannya, mereka bisa kembali ke masyarakat dan masyarakat menerima dengan baik," katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016
Tags: