Washington (ANTARA News) - Serangan udara Rusia di dan sekitar Aleppo terhadap oposisi Suriah menguntungkan kelompok ISIS, kata pejabat tinggi Amerika Serikat, Rabu.

"Yang dilakukan Rusia secara langsung menguntungkan ISIS," kata Brett McGurk, Duta Khusus Presiden Amerika Serikat Untuk Sekutu, yang memerangi kelompok itu di Suriah dan Irak, kepada Komite Departemen Urusan Luar Negeri.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, menuduh Rusia mengganggu usaha melaksanakan pertemuan perdamaian Suriah dalam pekan terakhir, dengan Rusia dianggap menghambat karena melakukan serangan udara di sekitar Aleppo untuk mendukung pergerakan pasukan pemerintah.

Kerry beserta sekitar 20 menteri luar negeri, termasuk Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, melaksanakan pertemuan di Munich, Kamis, untuk mencoba mengatur gencatan senjata dan akses kemanusiaan ke beberapa kota Suriah, yang dikepung pasukan pemerintah.

"Kami sebenarnya menginginkan gencatan senjata dua bulan lalu dan tidak mendapatkannya. Kami perlu melakukannya secepat mungkin," kata diplomat Amerika Serikat, yang tidak disebutkan namanya, kepada para wartawan.

Ketika ditanyai apakah pihak Rusia berada di jalan yang sama, diplomat itu mengatakan bahwa pihak Rusia bersama dengan mereka, dan pertemuan Kamis akan menjadi saat untuk membuktikan apakah pihak tersebut serius atau tidak.

Pada Selasa, Kerry meminta Moskow berusaha untuk melakukan gencatan senjata secepat mungkin di Suriah dan untuk menghentikan kampanye serangan udaranya yang belakangan ini semakin digencarkan.

Sekutu pimpinan Amerika Serikat melakukan serangan udara berbeda terhadap kelompok bersenjata ISISsejak September 2014.

Rusia, sekutu terdekat Presiden Suriah, Bashar al Assad, mulai melancarkan serangan udara mereka pada 30 September 2015, menyasar sejumlah sasaran milik pemberontak, terutama yang didukung Barat, kata pejabat Amerika Serikat.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menerima pertanyaan terkait Rencana B untuk Suriah, yang diutarakan Kerry dalam wawancara dengan Washington Post, dengan mengatakan, terdapat upaya diplomasi, yang dapat berhasil.

"Saya tidak merasa siapa pun siap menyerah atau menyiapkan Rencana B," kata juru bicara itu, Mark Toner.

Sementara itu, dalam pernyataannya, McGurk menggarisbawahi sejumlah rencana pihak koalisi untuk menggencarkan kampanye mereka terhadap kelompok bersenjata ISIS di Irak dan Suriah, menyadari kerumitan tugas tersebut dikarenakan hal itu bergantung kepada pasukan, yang beragam, di daratan.

"Ini sangat sulit, namun saat ini dapat dilakukan. Kemajuan kami tidak akan selalu berjalan lurus, dan kami harus memperkirakan adanya hambatan dan hal yang tidak terduga," kata McGurk dalam tanggapan tertulisnya.