Jakarta (ANTARA News) - PT Bukit Asam (Persero) Tbk siap mencairkan fasilitas pinjaman 400 juta dolar AS atau setara Rp5,4 triliun dari The Export Import Bank of China (Cexim) 2016 dari total komitmen pinjaman 1,2 miliar dolar AS (Rp16,3 triliun).

"Pencairan pinjaman dilakukan bertahap sekitar 30 persen per tahun. Pada 2016 kami perkirakan cair sekitar kuartal I," kata Dirut PTBA Milawarma, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, kemarin.

Menurut Milawarma, pencairan pinjaman akan disesuaikan dengan kapasitas dan proyek yang dibangun perusahaan.

Ia menjelaskan, pencarian pinjaman dapat direalisasikan jika proyek pengerjaan pekerjaan kabel transmisi Jawa-Bali oleh PT PLN (Persero) selesai, yang sebelumnya sempat molor.

"Pekerjaannya ada konverter, kabel transmisi bawah laut, dan overland conveyor. Yang sudah clear baru satu, tapi enggak tahu yang mana dan sisanya diharapkan bisa jalan dalam semester satu ini sehingga pinjamannya bisa dicairkan," ujarnya.

Sebelumnya, Milawarma juga menjelaskan, pinjaman tersebut akan dialokasikan ke proyek lainnya seperti mendanai PLTU Banko Tengah berkapasitas 2X620 MW di mulut tambang Tanjung Enim Sumatera Selatan.

"Pembangunan transmisi tinggal menunggu Letter of Intent (LOI) dari PLN. Jika lancar maka pembangkit ini diperkirakan beroperasi pada 2019, dengan kepemilikan saham PTBA mencapai 45 persen," ujarnya.

Selain itu, PTBA tengah menjajaki pembangunan PLTU Peranap di Riau berkapasitas 800-1.200 MW dengan nilai investasi 2,4 miliar dolar AS.

PLTU yang akan dibangun bersama dengan perusahaan listrik asal Malaysia, Tenaga Nasional Bhd ini ditargetkan "groundbreaking" pada 2016.

Obligasi

Pada tahun 2016, tambahnya, meski dibayangi kondisi penurunan harga komoditas barang tambang di tingkat global, PTBA harus mampu meningkatkan kinerja operasional.

"Kenaikan operasional akan didorong kapasitas lebih atau ekses "capacity" dan fasilitas prasarana tambang seperti "coal handling", pelabuhan dan jalur angkutan kereta api. Ini diharapkan dapat memicu peningkatan produksi dibanding tahun 2015," ujarnya.

Meski demikian, Milawarma tidak merinci lebih lanjut total dana yang dibutuhkan dan sumber pendanaan lain untuk membiayai proyek-proyek yang dimaksud.

Ia hanya menjelaskan bahwa pihaknya sudah menjajaki kemungkinan menerbitkan surat utang internasional (global bond).

"Kami sudah melakukan informal roadshow obligasi tahun 2015 ke Eropa dan Amerika Serikat. Hasilnya minat investor sangat tinggi," ujarnya tanpa merinci nilai obligasi yang dimaksud.

Milawarma menambahkan realisasi penerbitan obligasi global tersebut bisa diterbitkan tahun 2016, bisa tahun 2017, disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi pengembangan proyek di lapangan.