BENCANA BANJIR - Jalur Sumbar-Riau belum bisa dilalui kendaraan besar, antrean 10 km
9 Februari 2016 18:44 WIB
Warga melewati banjir yang merendam rumah di Nagari Taram, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, Selasa (9/2/16). Banjir terjadi di sembilan kecamatan di kabupaten itu, sebagian masih belum surut. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/ama/16)
Padang (ANTARA News) - Jalur lintas Sumatera yang menghubungkan Sumatera Barat dengan Riau hingga kini belum bisa dilalui kendaraan besar setelah terputus karena banjir dan longsor di Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota pada Senin (8/2).
"Kendaraan kecil seperti motor dan mobil pribadi memang sudah bisa lewat sejak semalam. Tetapi truk dan kendaraan besar lain masih tertahan," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sumbar, Amran, di Padang, Selasa.
Ia mengatakan sebagian material longsor dan sisa banjir masih tersisa di badan jalan sehingga menghambat kendaraan besar.
"Laporan dari lapangan, antrean kendaraan di Pangkalan Limapuluh Kota mencapai 10 kilometer," katanya.
Sementara itu, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumbar, S Budi Syukur mengatakan terhambatnya jalur Sumbar-Riau telah mengganggu aktivitas perekonomian kedua daerah.
Ia menaksir potensi kerugian akibat terhambatnya jalur tersebut mencapai Rp1 miliar per hari.
Meski demikian, ia mengatakan masih ada jalur alternatif yang bisa ditempuh yaitu melewati melalui Kuantan Singingi-Kiliran Jao.
"Jalur ini 60 kilometer lebih jauh dari jalur normal sehingga butuh ongkos yang cukup besar. Informasi yang ada, jalur ini aman dilalui," katanya.
Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar, Suprapto mengaku telah menyediakan dua unit alat berat untuk membantu membuka jalan yang tertutup material longsor dan banjir di Pangkalan, Limapuluh Kota.
"Alat bekerja setelah banjir surut," katanya.
"Kendaraan kecil seperti motor dan mobil pribadi memang sudah bisa lewat sejak semalam. Tetapi truk dan kendaraan besar lain masih tertahan," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Sumbar, Amran, di Padang, Selasa.
Ia mengatakan sebagian material longsor dan sisa banjir masih tersisa di badan jalan sehingga menghambat kendaraan besar.
"Laporan dari lapangan, antrean kendaraan di Pangkalan Limapuluh Kota mencapai 10 kilometer," katanya.
Sementara itu, Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Sumbar, S Budi Syukur mengatakan terhambatnya jalur Sumbar-Riau telah mengganggu aktivitas perekonomian kedua daerah.
Ia menaksir potensi kerugian akibat terhambatnya jalur tersebut mencapai Rp1 miliar per hari.
Meski demikian, ia mengatakan masih ada jalur alternatif yang bisa ditempuh yaitu melewati melalui Kuantan Singingi-Kiliran Jao.
"Jalur ini 60 kilometer lebih jauh dari jalur normal sehingga butuh ongkos yang cukup besar. Informasi yang ada, jalur ini aman dilalui," katanya.
Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Sumbar, Suprapto mengaku telah menyediakan dua unit alat berat untuk membantu membuka jalan yang tertutup material longsor dan banjir di Pangkalan, Limapuluh Kota.
"Alat bekerja setelah banjir surut," katanya.
Pewarta: Agung Pambudi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016
Tags: