PISPI: swasembada daging dengan peningkatan populasi sapi
5 Februari 2016 01:50 WIB
Ketahanan Daging Sapi Nasional. Sejumlah sapi siap diturunkan dari kapal di dermaga Jamrud Selatan, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/1). Pemerintah berencana melakukan inseminasi pada 3 juta ekor sapi di tahun 2016 guna menggenjot produksi daging sapi dan populasi sapi di dalam negeri. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) menegaskan cita-cita swasembada daging akan tercapai dengan cara melakukan peningkatan populasi sapi potong peternak Indonesia.
"Swasembada daging yang dicita-citakan akan tercapai dengan cara melakukan berbagai usaha untuk peningkatan populasi sapi, karena pada saat itu harga ideal akan tercapai," kata Ketua Pelaksana Harian PISPI Yeka Hendra Fatika di Jakarta, Kamis.
Harga daging yang tinggi belakangan ini, kata Yeka, merupakan buah dari data yang berbeda-beda yang seharusnya menjadi pijakan dalam membuat rencana pembangunan sektor ternak oleh pemerintah Indonesia.
"Namun sayang hal tersebut tidak dilakukan sehingga akibatnya kita terjebak oleh kebijakan yang tidak dilandasi dengan data yang akurat," ujarnya.
Dia mencontohkan pengurangan impor pada pertengahan tahun 2015 lalu pada kuartal III yang direncanakan 200 ribu ekor menjadi 50 ribu saja sehingga mengerek peningkatan harga.
"Lalu PMK 267 Tahun 2016 tentang penetapan PPN 10 persen pada daging sapi yang menyebabkan harga makin melambung dan tetap tinggi kendati PMK itu dibatalkan," ujarnya.
Pada tahun 2015 lalu juga, Yeka melanjutkan pemerintah telah berupaya mengendalikan harga daging dengan menyediakan kapal ternak, agar biaya logistik menurun dan bisa ditekan.
"Namun sayangnya usaha yang bagus ini diwarnai dengan adanya intervensi harga namun ujungnya tetap tidak mampu mengkoreksi harga daging, malah membuat tataniaga di NTT kacau karena dianggap tidak efisien," ujar dia.
Sementara itu, lanjutnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menduga penaikan harga tersebut karena adanya permainan dari praktik kartel yang dilakukan pengusaha feedloter dan telah diperkarakan juga berimbas tidak begitu baik.
"Setidaknya ada 32 feedloter yang diperkarakan, namun harga masih tetap tinggi," ujarnya.
Kendati demikian dia yakin swasembada daging dengan harga terjangkau akan tercapai namun dengan catatan semua kebijakan serta usahanya berdasarkan data akurat dan peningkatan populasi sapi menjadi suatu keniscayaan.
"Asalkan semua kebijakan dijalankan berdasarkan data akurat harga akan terjangkau, juga peningkatan populasi sapi peternak jadi suatu keniscayaan jika ingin swasembada daging tercapai," ucapnya.
"Swasembada daging yang dicita-citakan akan tercapai dengan cara melakukan berbagai usaha untuk peningkatan populasi sapi, karena pada saat itu harga ideal akan tercapai," kata Ketua Pelaksana Harian PISPI Yeka Hendra Fatika di Jakarta, Kamis.
Harga daging yang tinggi belakangan ini, kata Yeka, merupakan buah dari data yang berbeda-beda yang seharusnya menjadi pijakan dalam membuat rencana pembangunan sektor ternak oleh pemerintah Indonesia.
"Namun sayang hal tersebut tidak dilakukan sehingga akibatnya kita terjebak oleh kebijakan yang tidak dilandasi dengan data yang akurat," ujarnya.
Dia mencontohkan pengurangan impor pada pertengahan tahun 2015 lalu pada kuartal III yang direncanakan 200 ribu ekor menjadi 50 ribu saja sehingga mengerek peningkatan harga.
"Lalu PMK 267 Tahun 2016 tentang penetapan PPN 10 persen pada daging sapi yang menyebabkan harga makin melambung dan tetap tinggi kendati PMK itu dibatalkan," ujarnya.
Pada tahun 2015 lalu juga, Yeka melanjutkan pemerintah telah berupaya mengendalikan harga daging dengan menyediakan kapal ternak, agar biaya logistik menurun dan bisa ditekan.
"Namun sayangnya usaha yang bagus ini diwarnai dengan adanya intervensi harga namun ujungnya tetap tidak mampu mengkoreksi harga daging, malah membuat tataniaga di NTT kacau karena dianggap tidak efisien," ujar dia.
Sementara itu, lanjutnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menduga penaikan harga tersebut karena adanya permainan dari praktik kartel yang dilakukan pengusaha feedloter dan telah diperkarakan juga berimbas tidak begitu baik.
"Setidaknya ada 32 feedloter yang diperkarakan, namun harga masih tetap tinggi," ujarnya.
Kendati demikian dia yakin swasembada daging dengan harga terjangkau akan tercapai namun dengan catatan semua kebijakan serta usahanya berdasarkan data akurat dan peningkatan populasi sapi menjadi suatu keniscayaan.
"Asalkan semua kebijakan dijalankan berdasarkan data akurat harga akan terjangkau, juga peningkatan populasi sapi peternak jadi suatu keniscayaan jika ingin swasembada daging tercapai," ucapnya.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: