Medan (ANTARA News) - Negara produsen utama karet yang tergabung dalam International Tripartite Rubber Council atau ITRC sepakat mengurangi volume ekspor karet sebanyak 615.000 ton untuk menahan harga komoditas itu agar tidak semakin anjlok.

Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Kamis, mengatakan, kesepakatan itu dinyatakan dalam pertemuan negara-negara penghasil utama karet yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand ditambah Vietnam yang baru bergabung menjadi anggota.

"Akhirnya hasil rapat pertemuan anggota ITRC pada akhir Januari 2016 menyepakati mengurangi ekspor sebanyak 615.000 ton di tahun 2016," ujarnya.

Namun dia mengaku belum mengetahui rincian volume ekspor yang dikurangi masing-masing negara.

"Nanti lebih jelas akan dipertanyakan ke Pusat. Yang pasti Gapkindo Sumut siap mendukung program pemerintah," katanya.

Adapun waktu pelaksanaan pengurangan ekspor, ujar Edy, ada perubahan dari sebelumnya yang direncanakan mulai Bulan Februari ini

ITRC sepakat melakukan pengurangan ekspor karet itu mulai Maret hingga selama enam bulan ke depannya atau sampai Agustus 2016.

"Negara produsen berharap agar harga karet bisa bergerak naik dengan dikuranginya ekspor," katanya.

Edy menjelaskan, kesepakatan penurunan ekspor merupakan yang ke-empat kali dengan tujuan menjaga harga karet agar jangan tertekan terus.

Terakhir, ITRC menyepakati pengurangan volume ekspor pada Oktober 2012 selama enam bulan hingga Maret 2013.

Dari kesepakatan tersebut, harga karet bisa terdongkrak hingga mencapai 3,03 dolar AS per kg dari sebelumnya turun tinggal 2,6 dolar AS per kg.

"Mudah-mudahan tahun 2016 harga karet bisa naik dari dewasa ini yang masih di kisaran 1,07 dolar AS per kg untuk pengapalan Februari 2016," katanya.

Penurunan harga karet terjadi karena pelemahan permintaan dari negara-negara pengimpor utama sebagai dampak krisis global dan ditambah turunnya harga minyak mentah.