"Kami masih fokus di hilirisasi sawit, ini cukup berhasil. Tapi diperkuat lagi dengan membangun pusat pusat kawasan industri untuk sawit," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto di Jakarta, Senin.
Konsep penguatan hilirisasi kelapa sawit tersebut akan disampaikan pada Rapat Kerja Kemenperin 16-17 Februari yang mengambil tema besar hilirisasi industri.
Pemerintah telah menetapkan tiga kawasan industri yang khusus mengelola hilirisasi dari produk kelapa sawit sebagai hasil kesepakatan Palm Oil Industrial Zone (POIZ) dengan Malaysia.
Ketiganya yakni kawasan industri Sei Mangke, Sumatera Utara yang dikelola oleh PTPN III, Kawasan Industri Dumai di Riau yang dikelola oleh Grup Wilmar dan Kalimantan Timur Industrial Estate (KTIE) yang dikelola oleh PT Pupuk Kaltim.
Diketahui, kesepakatan POIZ dilakukan sebagai upaya kedua negara untuk menguasai pasar produk hilir kelapa sawit di Asia berupa oleokimia, kemurgi, minyak astiri dan produk lanjutan.
Merujuk pada data Lembaga Penelitian Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia, pada 2015, dunia industri boleh dibilang berhasil melakukan hilirisasi dibidang CPO.
Industri minyak goreng kelapa sawit merupakan penyumbang devisa terbesar pada periode Januari-November 2015, yaitu sekitar 43,57 persen dari total devisa yang dihasilkan industri makanan.
Penyumbang devisa kedua terbesar dari kelompok industri makanan adalah industri makan kelapa sawit sebesar 21,81 persen.
Komposisi tersebut mengalami perubahan mendasar karena pada 2011, penyumbang devisa terbesar pada kelompok industri makanan adalah industri minyak makan kelapa sawit sebesar 41,6 persen dan industri minyak goreng kelapa sawit 28,85 persen.