Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, mengungkapkan peran santri dan pesantren bagi berdirinya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Di awal masa didirikannya MPR dipimpin oleh KH Idham Khalid, yang alumni pesantren dan sosoknya spesial, kata Hidayat saat menerima peserta program kaderisasi ulama yang dilaksanakan universitas Darussalam Gontor di Ruang GBHN, Kompleks MPR, DPR dan DPD, Kamis.

Idham Chalid juga pernah menjadi wakil perdana menteri dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) terlama pada akhir 1950-an.

Sikap kenegarawanan Idham, menurut Hidayat, berkontribusi terhadap keutuhan NKRI.

Bersama Mr. Kasman Singodimejo, Idham juga menjadi sosok penting diterimanya sila pertama Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sekaligus membatalkan berlakunya Piagam Jakarta.

"Ini menjadi bukti bahwa NKRI bisa berlanjut karena sikap kenegarawanan santri," kata Hidayat.

Oleh karena itu, menurut dia, MPR bukan tempat yang baru bagi dunia pesantren, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi seperti sekarang ini.

Bahkan, bangsa Indonesia sudah begitu dekat dan terbiasa dengan sikap-sikap kenegarawanan santri.

Selain Idham Khalid, masih banyak santri lain yang berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti KH Hasyim Asy'ari, Mr. Syafrudin Prawiranegara dan Dr. Muhammad Natsir.

Hadir dalam acara tersebut, antara lain Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) MPR, Soenmandjaja.