Semarang (ANTARA News) - Sebanyak 1.281 mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dipulangkan melalui Semarang untuk gelombang kedua tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.

Rombongan eks-Gafatar tiba di Pelabuhan Tanjung Emas, Rabu, sekitar pukul 18.30 WIB dengan menumpang KM Dharma Ferry 2 dengan didampingi perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Ketapang.

Aparat kepolisian, TNI, dan pihak terkait lainnya, termasuk tim medis dan psikologi yang sudah berjaga di lokasi langsung mengarahkan rombongan eks-Gafatar untuk masuk ke terminal penumpang.

Petugas dari TNI juga terlihat membantu sejumlah penumpang untuk membawakan barang-barangnya ke dalam Terminal Penumpang untuk selanjutnya dilakukan pendataan oleh petugas terhadap para eks-Gafatar.

Kepala Dinas Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Ketapang M. Noor yang mengantarkan rombongan menyebutkan sebanyak 1.281 eks-Gafatar itu, terdiri atas 860 orang dewasa, 329 anak-anak, dan sebanyak 92 bayi.

"Bersama dengan rombongan eks-Gafatar, terdapat juga sebanyak 19 sepeda, 39 sepeda motor, dan lima unit mobil milik eks-Gafatar yang ikut diangkut menuju ke Pelabuhan Tanjung Emas," katanya.

Langkah selanjutnya, kata dia, rombongan eks-Gafatar dari Ketapang itu akan dibawa ke Asrama Haji Donohudan, Boyolali, untuk mendapatkan pembinaan sebelum dikembalikan ke tengah-tengah masyarakat.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk selanjutnya membina mereka (eks-Gafatar) ini. Dikembalikan ke jalan yang benar sesuai dengan anjuran pemerintah," katanya/

Noor mengakui tidak semua rombongan eks-Gafatar dari Ketapang yang dibawa ke Pelabuhan Tanjung Emas itu berasal dari Jawa, sebab ada pula yang berasal dari Sumatera Utara, dan daerah-daerah lainnya.

"Mereka ada yang berasal dari Medan, dan sebagainya. Namun angkutan dari Ketapang ke Medan kan memang tidak ada. Makanya, dipulangkan melalui Semarang dulu untuk selanjutnya dibina," katanya.

Sementara itu, M. Sofyan, koordinator rombongan eks-Gafatar asal Medan, Sumatera Utara menyebutkan jumlah eks-Gafatar dari wilayah tersebut sebanyak 278 jiwa yang terdiri atas 70 kepala keluarga (KK).

"Selama di Ketapang, aktivitas kami, ya, bertani. Di sana kan dibagi ada yang persawahan, perladangan, perikanan, dan peternakan. Bahkan, 1,5 bulan lagi padi di sana sudah bisa dipanen," katanya.

Namun, kata dia, semua hasil kerja keras mereka untuk membantu mewujudkan kedaulatan pangan, setidaknya untuk wilayah Ketapang terlebih dulu harus ditinggalkan karena diperintahkan untuk mengungsi.