Vita Marissa, sang pengantar atlet muda ke podium juara
27 Januari 2016 18:27 WIB
Indonesia Open 2015 Pasangan ganda campuran Indonesia Andre Adistia (kanan) dan Vita Marissa (kiri) mengembalikan kok ke arah pasangan ganda campuran Tiongkok Liu Cheng dan Bao Yixin dalam babak kedua turnamen bulutangkis BCA Indonesia Open Superseries Premier 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/6). Pasangan Indonesia gagal melangkah ke perempat final setelah kalah dengan skor 14-21, 21-17, 17-21. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo) ()
Jakarta (ANTARA News) - Pada acara Penghargaan Atlet Berprestasi PB Djarum 2015, di Jakarta, Rabu, atlet bulu tangkis senior Indonesia Vita Marissa diganjar penghargaan atas prestasinya menduduki ranking 42 dunia bersama pasangan ganda campurannya, Andrei Adistia dan untuk keberhasilannya menjadi juara ganda campuran dewasa Kejurnas 2015 bersama Rafiddias Akhdan Nugroho.
Sebagai seorang atlet bulu tangkis, usia Vita yang menginjak 35 tahun terbilang sudah tidak muda lagi. Namun, catatan prestasinya masih mewarnai dunia bulu tangkis hingga saat ini.
"Dia ini spesial pengantar junior menjadi juara," kata Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin usai memberikan penghargaan secara simbolik.
Yoppy mengungkapkan ada kisah menarik dibalik penghargaan yang diterima Vita dan Rafiddias. Menurutnya, Rafiddias baru dipasangkan oleh Vita hanya tiga bulan sebelum laga kejurnas namun tanpa diduga berhasil menyabet juara.
"Seharusnya penghargaan kategori ini tidak ada, tetapi kami memberi apresiasi," ujar Yoppy.
Ia menuturkan, saat itu Rafiddias sudah berniat keluar dari PB Djarum karena merasa kariernya tidak berkembang dan ingin mencari peruntungan di India. Pihak klub yang lahir di Kudus, Jawa Tengah itu pun berusaha membujuk Rafiddias agar membatalkan rencananya dan tetap berkarier untuk Indonesia.
"Kami berusaha membujuk. Lalu dipasangkan dengan Vita. Di Kejurnas, mereka merangkak dari bawah ke babak-babak selanjutnya sampai ke final. Sekarang, Rafiddias bahkan berhasil masuk ke Pelatnas Cipayung dan semangatnya luar biasa. Ini juga berkat Vita," jelas Yoppy.
Kisah Vita yang mengantar pemain muda ke podium juara tersebut bukan lah hal yang pertama. Setelah memutuskan hengkang pada 2009, ia memilih menjadi pemain independen sehingga menjadikannya sebagai pemain yang kerap berganti-ganti pasangan.
Pemain kelahiran 4 Januari 1981 itu menggaet pemain-pemain muda sebagai pasangan duetnya. Bahkan Vita yang cukup diperhitungkan baik itu di sektor ganda wanita ataupun ganda campuran itu kerap turun di dua nomor dalam setiap kejuaraan.
Vita bersama pasangan duetnya tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat gebrakan demi gebrakan. Mereka sering kali menaklukkan pasangan-pasangan unggulan.
Sebelumnya, Vita telah sukses mengantarkan Variella Aprilsasi Putri Lejarsaru dan Praveen Jordan menjadi atlet yang diperhitungkan. (baca juga: http://www.antaranews.com/berita/384240/vita-marissa-motivasi-mengalahkan-usia)
"Ada kebanggaan sendiri kalau disebut spesial pengantar (pemain muda menjadi atlet berprestasi)," kata Vita.
"Setidaknya bisa membuat langkah mereka tidak buntu, ada target ke depan," tambahnya.
Menurut Vita, kuncinya adalah menjadikan pemain-pemain muda tersebut seperti adiknya sendiri.
"Aku anggap semua seperti adik, buat mereka nyaman. Karena tanpa saya banyak omong dan galak saja, mereka sudah sungkan sama saya," tuturnya.
Menjadi pelatih
Atas prestasinya tersebut yang telah berhasil menggembleng pemain-pemain muda menjadi atlet yang "matang", Vita baru saja ditarik oleh Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sebagai sparring partner pemain yang akan tampil di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
Menurut Vita, kembalinya ia ke Pelatnas Cipayung menjadi tantangan tersendiri.
"Beda sama dulu. Sekarang peran saya sebagai sparring partner, perannya beda, tantangannya beda. Saya harus motivasi mereka dengan masukan yang baik," jelas Vita yang sementara "dikontrak" di Pelatnas selama enam bulan.
Ia menilai banyak hal yang berubah sejak ia hengkang di Pelatnas pada tahun 2009 baik itu dari segi fasilitas maupun aturan.
"Jauh lebih teratur, gizi yang disiapkan juga benar-benar profesional. Jadi, yang mau saya ubah dari segi pemain, bagaimana caranya aku sharing di lapangan pada mereka untuk jauh lebih berani dan lebih percaya diri," tuturnya.
Ia pun menilai perannya saat ini merupakan pemanasan rencana kedepannya sebagai seorang pelatih.
"Saya belum tahu di Pelatnas sampai kapan, tergantung kebutuhan mereka. Tetapi kalau pun sudah tidak di sini saya bisa kembali ke Djarum. Dari dulu saya mau menjadi pelatih," ujarnya.
Menurut Vita, menjadi pelatih justru lebih sulit ketimbang sebagai pemain.
"Saya salut dengan pelatih yang bisa membawa pemainnya sukses. Menjadi pelatih itu lebiih susah. Kalau jadi pemain kan hanya memikirkan diri sendiri," kata Vita.
Bisa dibilang, Vita belum benar-benar istirahat sejak menjadi atlet. Lalu, apa kuncinya bisa terus berprestasi dan tetap bugar di usia yang terbilang tidak muda?
"Happy selalu," ujarnya.
Sebagai seorang atlet bulu tangkis, usia Vita yang menginjak 35 tahun terbilang sudah tidak muda lagi. Namun, catatan prestasinya masih mewarnai dunia bulu tangkis hingga saat ini.
"Dia ini spesial pengantar junior menjadi juara," kata Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin usai memberikan penghargaan secara simbolik.
Yoppy mengungkapkan ada kisah menarik dibalik penghargaan yang diterima Vita dan Rafiddias. Menurutnya, Rafiddias baru dipasangkan oleh Vita hanya tiga bulan sebelum laga kejurnas namun tanpa diduga berhasil menyabet juara.
"Seharusnya penghargaan kategori ini tidak ada, tetapi kami memberi apresiasi," ujar Yoppy.
Ia menuturkan, saat itu Rafiddias sudah berniat keluar dari PB Djarum karena merasa kariernya tidak berkembang dan ingin mencari peruntungan di India. Pihak klub yang lahir di Kudus, Jawa Tengah itu pun berusaha membujuk Rafiddias agar membatalkan rencananya dan tetap berkarier untuk Indonesia.
"Kami berusaha membujuk. Lalu dipasangkan dengan Vita. Di Kejurnas, mereka merangkak dari bawah ke babak-babak selanjutnya sampai ke final. Sekarang, Rafiddias bahkan berhasil masuk ke Pelatnas Cipayung dan semangatnya luar biasa. Ini juga berkat Vita," jelas Yoppy.
Kisah Vita yang mengantar pemain muda ke podium juara tersebut bukan lah hal yang pertama. Setelah memutuskan hengkang pada 2009, ia memilih menjadi pemain independen sehingga menjadikannya sebagai pemain yang kerap berganti-ganti pasangan.
Pemain kelahiran 4 Januari 1981 itu menggaet pemain-pemain muda sebagai pasangan duetnya. Bahkan Vita yang cukup diperhitungkan baik itu di sektor ganda wanita ataupun ganda campuran itu kerap turun di dua nomor dalam setiap kejuaraan.
Vita bersama pasangan duetnya tidak membutuhkan waktu lama untuk membuat gebrakan demi gebrakan. Mereka sering kali menaklukkan pasangan-pasangan unggulan.
Sebelumnya, Vita telah sukses mengantarkan Variella Aprilsasi Putri Lejarsaru dan Praveen Jordan menjadi atlet yang diperhitungkan. (baca juga: http://www.antaranews.com/berita/384240/vita-marissa-motivasi-mengalahkan-usia)
"Ada kebanggaan sendiri kalau disebut spesial pengantar (pemain muda menjadi atlet berprestasi)," kata Vita.
"Setidaknya bisa membuat langkah mereka tidak buntu, ada target ke depan," tambahnya.
Menurut Vita, kuncinya adalah menjadikan pemain-pemain muda tersebut seperti adiknya sendiri.
"Aku anggap semua seperti adik, buat mereka nyaman. Karena tanpa saya banyak omong dan galak saja, mereka sudah sungkan sama saya," tuturnya.
Menjadi pelatih
Atas prestasinya tersebut yang telah berhasil menggembleng pemain-pemain muda menjadi atlet yang "matang", Vita baru saja ditarik oleh Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sebagai sparring partner pemain yang akan tampil di Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro.
Menurut Vita, kembalinya ia ke Pelatnas Cipayung menjadi tantangan tersendiri.
"Beda sama dulu. Sekarang peran saya sebagai sparring partner, perannya beda, tantangannya beda. Saya harus motivasi mereka dengan masukan yang baik," jelas Vita yang sementara "dikontrak" di Pelatnas selama enam bulan.
Ia menilai banyak hal yang berubah sejak ia hengkang di Pelatnas pada tahun 2009 baik itu dari segi fasilitas maupun aturan.
"Jauh lebih teratur, gizi yang disiapkan juga benar-benar profesional. Jadi, yang mau saya ubah dari segi pemain, bagaimana caranya aku sharing di lapangan pada mereka untuk jauh lebih berani dan lebih percaya diri," tuturnya.
Ia pun menilai perannya saat ini merupakan pemanasan rencana kedepannya sebagai seorang pelatih.
"Saya belum tahu di Pelatnas sampai kapan, tergantung kebutuhan mereka. Tetapi kalau pun sudah tidak di sini saya bisa kembali ke Djarum. Dari dulu saya mau menjadi pelatih," ujarnya.
Menurut Vita, menjadi pelatih justru lebih sulit ketimbang sebagai pemain.
"Saya salut dengan pelatih yang bisa membawa pemainnya sukses. Menjadi pelatih itu lebiih susah. Kalau jadi pemain kan hanya memikirkan diri sendiri," kata Vita.
Bisa dibilang, Vita belum benar-benar istirahat sejak menjadi atlet. Lalu, apa kuncinya bisa terus berprestasi dan tetap bugar di usia yang terbilang tidak muda?
"Happy selalu," ujarnya.
Oleh Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: