Rupiah selasa pagi melemah menjadi Rp13.891
26 Januari 2016 10:25 WIB
Rupiah Melemah Petugas menghitung mata uang rupiah pecahan Rp100.000 di tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (16/10/15). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level Rp13.540 per dolar AS, melemah 0,91 persen atau 122 poin dari penutupan sebelumnya. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Selasa pagi bergerak melemah sebesar 28 poin menjadi Rp13.891 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.863 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan laju nilai tukar rupiah kembali dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia yang cenderung kembali mengalami penurunan.
"Harga minyak mentah dunia yang tidak berhasil mempertahankan tren kenaikannya memicu pelepasan sejumlah aset berisiko di negara berkembang sehingga menekan sejumlah mata uang di kawasan Asia terhadap dolar AS," katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (26/1) pagi ini, berada di level 29,78 dolar AS per barel, turun 1,85 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di level 30,02 dolar AS per barel, 1,57 persen.
Ia menambahkan bahwa imbal hasil surat utang negara (SUN) yang telah turun, membuat selisih yang lebar terhadap US Treasury menandakan adanya risiko yang masih tinggi di pasar keuangan Indonesia.
Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali mengalami tekanan membuat investor khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi global, situasi itu mendorong sejumlah aset yang masuk kategori "safe haven" diminati investor, salah satunya aset berdenominasi mata uang dolar AS.
"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global mendorong minat aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, investor juga sedang menantikan sidang bank sentral AS (The Fed) pada pekan ini untuk melihat seberapa besar potensi kenaikan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan laju nilai tukar rupiah kembali dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak mentah dunia yang cenderung kembali mengalami penurunan.
"Harga minyak mentah dunia yang tidak berhasil mempertahankan tren kenaikannya memicu pelepasan sejumlah aset berisiko di negara berkembang sehingga menekan sejumlah mata uang di kawasan Asia terhadap dolar AS," katanya.
Harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (26/1) pagi ini, berada di level 29,78 dolar AS per barel, turun 1,85 persen. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di level 30,02 dolar AS per barel, 1,57 persen.
Ia menambahkan bahwa imbal hasil surat utang negara (SUN) yang telah turun, membuat selisih yang lebar terhadap US Treasury menandakan adanya risiko yang masih tinggi di pasar keuangan Indonesia.
Analis pasar uang PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali mengalami tekanan membuat investor khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi global, situasi itu mendorong sejumlah aset yang masuk kategori "safe haven" diminati investor, salah satunya aset berdenominasi mata uang dolar AS.
"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global mendorong minat aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, investor juga sedang menantikan sidang bank sentral AS (The Fed) pada pekan ini untuk melihat seberapa besar potensi kenaikan suku bunga acuannya pada tahun ini.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: