Jakarta (ANTARA News) - Didirikan pada 2012 oleh Marcus Tan, Quek Siu Rui, dan Lucas Ngoo, marketplace dengan sistem mobile-first dan pendekatan person-to-person, Carousell, telah berhasil masuk dalam Forbes “20 Startups to Watch in 2016” (Global).
"Kriteria seleksi didasarkan pada siklus hidup bisnis, pendiri tim, traksi, dan investor mendukung mereka," tulis Forbes, seperti dilansir dalam Forbes.com 22 Desember 2015.
Carousell, yang dominan dengan warna merah itu masuk ke pasar Indonesia pada
Desember 2014. Saat ini Carousell telah di total empat market,
Singapura, Indonesia, Malaysia dan Taiwan.
Berikut petikan wawancara dengan Marcus Tan, yang ditemui ANTARA News ketika dia selesai membuka bazar barang bekas, Treasure Market, di kawasan
Kemang, Jakarta Selatan, Jumat.
Tanya (T): Bagaimana perkembangan Carousell di Indonesia dibandingkan dengan
pasar lain?
Jawab (J): Kami di Indonesia sudah berkembang sepuluh kali sejak diluncurkan tahun
lalu, Desember 2014, dari segi komunitas dan lainnya. Mereka banyak
berbagi cerita mengenai bagaimana mereka menjual, banyak dari mereka
bukan penjual yang individu. Misi kami, kami ingin memberdayakan setiap
individu untuk berjualan. Tahun lalu kami mengadakan pertemuan untuk
komunitas kami yang berada di Jakarta, Bandung, Surabaya untuk saling
bertukar pengalaman.
T: Pendapat Anda mengenai e-commerce di Indonesia?
J: Saya melakukan riset kecil-kecilan bahwa UKM yang ada di Indonesia
sangat "wow", ada lebih dari 40 juta, dan ini merupakan kesempatan yang
besar bagi kami. Banyak UKM yang berlomba-lomba menjadi e-commerce dan
itu bagus. Itu bagus untuk pelanggan. Untuk Carousell kami ingin
membantu mereka menjadi lebih baik lagi.
T: Bagaimana Anda melihat Indonesia sebagai pasar Carousell?
J: Indonesia akan menjadi salah satu pasar terbesar bagi Carousell. Orang Indonesia suka berbelanja, mereka banyak
berbelanja dengan e-commerce, browsing, mereka juga sangat mengandalkan
perangkat mobile yang berarti bahwa hampir setiap orang memiliki
smartphone.
T: Apa pentingnya komunitas bagi Carousell?
J: Bagi pembeli mereka dapat melihat komentar dan feedback bagaimana
penjual, memberi lebih banyak informasi, dan membangun kepercayaan. Oleh
karena itu, komunitas menjadi salah satu hal yang ingin kami fokuskan.
T: Setelah fokus pada komunitas, inovasi apalagi yang akan dihadirkan
Carousell?
J: Kami ingin mulai mengeksplor pembayaran dan pengapalan untuk
meningkatkan pengalaman end to end. Di Indonesia misalnya, mempunyai
banyak perusahan pengiriman, kami ingin mengeksplor kemungkinan-kemungkinan untuk bekerja
sama. Begitu juga dengan transaksi pembayaran, itu merupakan rencana
jangka panjang.
T: Carousell sepenuhnya gratis, apakah Anda berniat untuk memasukkan
iklan?
J: Tidak dalam waktu dekat. Mungkin ke depannya akan ada seperti fitur
akun premium, tapi akan kami kembangkan di Singapura terlebih dahulu.
T: Bagaimana dengan keamanan bagi penjual dan pembeli mengingat banyak
kasus penipuan di Indonesia?
J: Setiap penjual punya sistem rating yang setiap orang dapat memberi
umpan balik, apakah mereka penjual yang baik, bagaimana pengalaman
mereka saat membeli, sehingga pengguna dapat melihat.
Bagi pengguna baru
agar mereka tahu penjual itu terpercaya atau tidak kami memberi mereka
informasi apakah penjual itu penjual baru atau bukan.
Jika mereka orang
baru akan, pembeli akan berhati-hati. Kami juga terhubung dengan
Facebook jadi tidak ada akun palsu. Untuk web kami juga memiliki
verifikasi SMS, jadi mereka menyimpan nomor SMS. Kedua, kami memiliki
banyak komunitas, sehingga ada barang-barang yang mencurigakan mereka
dapat melaporkan kepada kami. kami akan memberhentikan kegiatan akun
tersebut, dan memberikan informasinya kepada tim kami untuk
menginvestigasinya. Ketiga, kami juga punya sistem yang mengawasi itu,
engineering sistem.
T: Bagaimana mengantisipasi adanya produk-produk palsu/ imitasi?
J: Kami memiliki peraturan produk-produk yang tidak diperbolehkan.
T: Apa saja target Carousell di 2016?
J: Indonesia sangat bersemangat untuk membuat komunitas baru, fashion,
gadget untuk memperluas komunitas. Untuk perusahaan sendiri saat ini
kami ada di empat pasar, Singapura, Malaysia, Indonesia dan Taiwan, kami
berencana untuk meluncurkan tiga pasar lain pada tahun ini .
T: Mengapa menggunakan warna merah sebagai simbol warna dari Carousell?
J: Jika kita lihat warna bendera di sebgian besar negara-negara di Asia
berwarna merah, seperti Singapura dan Indonesia, berwarna merah. Saya
juga fans Manchester United, yang berwarna merah, haha.
T: Mengapa mengambil nama Carousell?
J: Nama Carousell terinspirasi dari Carousell projector. Jadi, pada
tahun 1960-an sebelum ada projector untuk slide powerpoint,
yang mereka gunakan adalah Carousell projector. Orang-orang melihat foto
dengan mengambil film foto dan menaruh di Carousell untuk dilihat
bersama-sama. Itu yang kami inginkan, kami ingin berbagi cerita dibalik
itu seperti mesin waktu yang menunjukan treasure, seperti jika Anda
mempunyai baju atau barang yang masih bagus, preloved, mengambil foto,
menuliskan cerita dari kepemilikan barang tersebut, dan memajangnya.
Sehingga barang tersebut punya kesempatan hidup kedua, dan berbagi
kebahagiaan dari barang tersebut kepada orang lain yang membutuhkannya.
T: Anda bersama dua co-founder Anda masih muda, apa kiat terbaik untuk
memulai bisnis?
J: Menurut saya yang paling penting adalah kegigihan. Banyak orang
mempunyai ide yang bagus, tim yang baik, namun perlu waktu untuk
mewujudkannya. Kebanyakan ide startup memerlukan waktu untuk orang dapat
menerimanya, sehingga diperlukan kegigihan.
Sebelum sukses, kami
membutuhkan waktu satu setengah tahun untuk membuat banyak kesalahan
dalam memasarkan produk, hingga mencapai sesuatu yang benar kami
lakukan.
Satu lagi, ketekunan. Jika kita tidak mengetahui apa yang harus
dilakukan, jangan ragu-ragu untuk tanya kepada orang lain. Banyak orang
yang menyerah hanya setelah beberapa bulan, mereka perlu stay berada di
situ.
T: Bagaimana dengan menemukan tim yang tepat?
J: Menemukan tim yang tepat juga penting. Saya bersama tim adalah
temannya teman sekelas saya. Selain itu, ikut acara-acara di mana
terdapat orang-orang yang memiliki ide yang sama, baik online maupun
offline. Offline seperti Hackathon, acara startup, acara sekolah, atau
mengikuti komunitas online, untuk berbagi ide. Dan, mencari co-founder
yang sama-sama tertarik di bidang teknologi. (*)
Bincang-bincang dengan bos startup Carousell
Oleh Arindra Meodia
23 Januari 2016 14:11 WIB
Co-founder Carousell, Marcus Tan. (ANTARA News/ Arindra Meodia)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: