Penguatan nilai Islam bisa tangkal radikalisme
21 Januari 2016 18:37 WIB
Dokumentasi Menteri Agama, Lukman Saifuddin, saat memberikan sambutan di hadapan ribuan jamaah Pengajian Akbar Majelis Rasulullah pimpinan Habib Nabiel Al-Musawa, Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (16/11). (gpenk/mkd)
Pariaman, Sumatera Barat (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Pariaman, Sumatera Barat, menyatakan paham radikalisme dapat dicegah melalui penguatan nilai-nilai islami oleh masyarakat.
"Saat ini banyak sekali gerakan, persatuan, ataupun organisasi yang mengatasnamakan serta berkedok Islam untuk menjalankan misi terselubung," kata Ketua MUI Pariaman, Jauhari Mu'iz, di Pariaman, Kamis.
Menurutnya hal tersebut jika tidak diluruskan maka dapat mengancam persatuan umat beragama sehingga menimbulkan perpecahan satu sama lain.
"Sebagai masyarakat Minangkabau kita perlu kembali menguatkan sesanti adat: adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah untuk mencegah perbuatan yang sangat bertentangan dengan agama Islam seperti aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam," ujarnya.
Ia mengatakan agama Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan permusuhan, perpecahan atau membunuh umat manusia.
Agama Islam juga mengajarkan bagaimana saling menghargai, mencintai satu sama lain meskipun berbeda keyakinan antara umat beragama.
MUI setempat juga menyesalkan peristiwa pemboman oleh terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu di Kota Jakarta yang menewaskan orang tidak berdosa.
"Kita mengecam aksi tersebut, apalagi jika mereka membawa nama Islam karena agama Islam tidak pernah sedikitpun mengajarkan hal demikian," katanya.
Selain itu untuk menekan dan masuknya paham radikal yang berkedok Islam, MUI juga terus mengiatkan kegiatan spritual kepada masyarakat salah satunya terus memberikan kegiatan tausiah dan siraman rohani kepada masyarakat kota itu.
Terpisah Kapolres Pariaman, AKBP Riko Junaldy, mengatakan pihaknya juga sedang mempersiapkan musyawarah bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) terkait pencegahan aliran ataupun gerakan yang dapat mengancam keselamatan umat beragama di wilayah hukumnya.
"Kami akan ambil langkah tegas menyikapi persoalan ini, karena jika tidak dapat mengancam kehidupan bersama," katanya.
"Saat ini banyak sekali gerakan, persatuan, ataupun organisasi yang mengatasnamakan serta berkedok Islam untuk menjalankan misi terselubung," kata Ketua MUI Pariaman, Jauhari Mu'iz, di Pariaman, Kamis.
Menurutnya hal tersebut jika tidak diluruskan maka dapat mengancam persatuan umat beragama sehingga menimbulkan perpecahan satu sama lain.
"Sebagai masyarakat Minangkabau kita perlu kembali menguatkan sesanti adat: adat basandi sarak, sarak basandi kitabullah untuk mencegah perbuatan yang sangat bertentangan dengan agama Islam seperti aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam," ujarnya.
Ia mengatakan agama Islam sama sekali tidak pernah mengajarkan permusuhan, perpecahan atau membunuh umat manusia.
Agama Islam juga mengajarkan bagaimana saling menghargai, mencintai satu sama lain meskipun berbeda keyakinan antara umat beragama.
MUI setempat juga menyesalkan peristiwa pemboman oleh terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu di Kota Jakarta yang menewaskan orang tidak berdosa.
"Kita mengecam aksi tersebut, apalagi jika mereka membawa nama Islam karena agama Islam tidak pernah sedikitpun mengajarkan hal demikian," katanya.
Selain itu untuk menekan dan masuknya paham radikal yang berkedok Islam, MUI juga terus mengiatkan kegiatan spritual kepada masyarakat salah satunya terus memberikan kegiatan tausiah dan siraman rohani kepada masyarakat kota itu.
Terpisah Kapolres Pariaman, AKBP Riko Junaldy, mengatakan pihaknya juga sedang mempersiapkan musyawarah bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) terkait pencegahan aliran ataupun gerakan yang dapat mengancam keselamatan umat beragama di wilayah hukumnya.
"Kami akan ambil langkah tegas menyikapi persoalan ini, karena jika tidak dapat mengancam kehidupan bersama," katanya.
Pewarta: Eko Fajri
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: