Jakarta (ANTARA News) - Kesuksesan Indonesia menggelar Pilkada serentak beberapa waktu lalu mendapat berbagai pujian dari beberapa pihak, salah satunya negara Armenia.

Hal ini diungkapkan Duta Besar Armenia untuk Indonesia, Anna Aghadjanian saat menemui Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.

Menurut Anna, kesuksesan ini merupakan prestasi yang sangat besar, apalagi mengingat jika dibandingkan, jumlah penduduk Armenia hanya mencapai tiga juta orang, sehingga tidak sebanding jika dibandingkan penduduk Indonesia.

Oleh karenanya, kata dia, Armenia berencana belajar banyak kepada Indonesia dalam hal membangun demokrasi.

Mengomentari hal ini, Zulkifli menyoroti kehidupan antar umat beragama di Indonesia yang berjalan baik, sekalipun 80 persen penduduk Indonesia memeluk Agama Islam.

Dia mengatakan, masjid, gereja dan wihara banyak ditemukan saling berdampingan. Bahkan antar umat beragama saling menghormati, dan saling membantu.

Tak hanya itu, kedamaian umat beragama, juga menjalar hingga ke ranah politik. Di Jakarta misalnya, yang mayoritas penduduknya beragama Islam ternyata dipimpin oleh warga Tionghoa dan non muslim.

Menurut Zulkifli, kondisi ini menunjukkan warga negara memiliki hak serta kewajiban yang sama. Mereka bisa menjadi apapun, seperti yang diinginkan, tanpa melihat suku, bahasa, dan budayanya.

Kondisi Indonesia yang damai itu, menurut dia, sangat berbeda dibanding dunia Islam dikawasan timur tengah. Di sana konflik terus terjadi tanpa henti.

Ini membuat citra umat Islam menjadi terpuruk. Padahal Islam tidak membenarkan adanya pertikaian apalagi hingga saling membunuh.

"Indonesia menentang terorisme, bahkan pada kasus bom Thamrin, masyarakat indonesia bersatu untuk melawan teror tersebut", kata Zulkifli dalam keterangan tertulisnya.

Selain melayangkan pujiannya untuk Indonesia, Aghadjanian juga mengungkapkan keinginan negaranya meningkatkan hubungan baik itu dari sisi pemerintah, parlemen maupun rakyat, dengan Indonesia.

Menurut dia, bangsa Armenia sudah sampai di Indonesia sebelum Indonesia merdeka. Beberapa warga Armenia juga sempat menikah dengan warga negara Indonesia.

Selain itu, ada pula harta benda dan bangunan milik warga Armenia yang kini jadi milik Indonesia, karena ditinggalkan pemiliknya.