Jakarta (ANTARA News) - Saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Rabu ditutup melemah mengikuti kecenderungan yang terjadi di pasar regional hari ini menyusul memburuknya data ekonomi Tiongkok dan melemahnya nilai tukar rupiah.

IHSG BEI ditutup melemah 63,75 poin atau 1,42 persen ke posisi 4.427,98. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 13,30 poin (1,70 persen) menjadi 769,12.

"Faktor nilai tukar rupiah yang tertekan cukup dalam terhadap dolar AS menjadi salah satu pemicu IHSG BEI mengalami tekanan," ujar Analis LBP Enterprise Lucky Bayu Purnomo di Jakarta.

Menurut dia, pelaku pasar saham cenderung memilih aset-aset di negara maju seperti Amerika Serikat seiring dengan beberapa data-data ekonominya yang cenderung mengalami pertumbuhan. Kemampuan produksi di Amerika Serikat mengalami peningkatan, situasi itu menunjukan produk barangnya terserap pasar.

"Hal itu membuat pelaku pasar optimistis untuk menempatkan dananya ke pasar keuangan AS, dan mengurangi asetnya di negara berkembang salah satunya di pasar saham domestik," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelaku pasar saham di dalam negeri juga masih menanti kebijakan prioritas yang diambil pemerintah setelah sejumlah kebijakan dikeluarkan. Kebijakan pemerintah mengenai pembangunan smelter sebaiknya tidak dijadikan prioritas mengingat harga komoditas yang masih dalam trend penurunan.

"Program Tol Laut dinilai lebih efektif dalam mendukung perekonomian Indonesia ke depan," katanya.

Sepanjang hari ini transaksi tercatat membukukan frekuensi 209.567 kali dengan jumlah saham yang diperdagangkan 2,66 miliar lembar senilai Rp3,93 triliun. Efek yang bergerak naik sebanyak 83 saham, 208 saham harganya melemah, dan 82 saham stagnan.

Dari bursa regional, indeks Hang Seng turun 749,51 poin (3,82 persen) menjadi 19.886,30, indeks Nikkei melemah 632,18 poin (3,71 persen) ke level 16.416,19, dan Straits Times melemah 79,03 poin (2,97 persen) ke posisi 2.558,94.