Kata pakar soal aplikasi milik ISIS
19 Januari 2016 22:58 WIB
ilustrasi Pekerja memasang karangan bunga di kawasan gedung Sarinah pasca penyerangan teroris di pos polisi dan sejumlah gedung di Sarinah Thamrin Jakarta, Jumat (15/1/2016). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/pd/16)
Jakarta (ANTARA News) - Para anggota kelompok bersenjata ISIS dilaporkan berkomunikasi melalui dua aplikasi pesan instan Android, salah satunya Alrawi. Namun, aplikasi chat tersebut tidak ditemukan pada toko aplikasi resmi Andorid, Google Play Store.
Menurut pakar teknologi informasi, Onno Widodo Purbo, hal tersebut bisa saja terjadi. "Tidak ada keharusan sebetulnya di Android harus pakai Play Store," kata dia kepada ANTARA News, di Jakarta, Selasa.
"Kalau hanya mau install aplikasi di Android tidak harus dari Play Store," sambung dia.
Aplikasi chat Alrawi kabarnya dibagikan via email kepada para anggota ISIS. Hal itu, menurut Onno, mungkin saja terjadi. "Kalau mau dikirim pakai email sebagai attachment juga bisa, yang penting formatnya .apk saja," ujar dia.
Lebih lanjut, Onno menjelaskan bahwa pengguna Android dapat membuat Play Store sendiri, yang justru merupakan kelebihan dari platform Android yang mengusung sistem pengembangan open source.
"Kita bisa bikin Play Store sendiri kok, contoh yang kelihatan itu Baidu bikin marketplace sendiri. Sebenarnya itu cantiknya open source seperti Android kita bebas dan meredeka," kata dia.
Sayangnya, kelebihan dari open source tersebut sering dimanfaatkan secara tidak benar oleh orang-orang yang kurang bertanggung jawab, termasuk teroris.
Parahnya, konten aplikasi pada platform yang mengusung open source susah dilacak oleh pemerintah. "Susah sepertinya, karena open source itu benar-benar distributed," ujar Onno.
Saat ditanya apakah hal tersebut merupakan tanggung jawab platform, Onno mengatakan, "Sebenarnya tidak ada keharusan aplikasi harus dari Play Store jadi tidak ada yang kecolongan sebenarnya." Sementara itu, saat dihubungi ANTARA News, Communication Google Indonesia, Jason Tedjakusuma, menolak memberikan komentar.
"Saya tidak bisa komentar tentang aplikasi yang dijual di luar Play Store," kata dia.
Para anggota ISIS sebelumnya dilaporkan menggunakan Telegram untuk berkomunikasi. Setelah ditendang dari aplikasi pesan instan tersebut, mereka membuat aplikasi chat baru.
Salah satu aplikasi chat ini adalah Alrawi. Chat yang dibuat terenkripsi itu menjadikan pemerintah dan badan-badan keamanan lebih sulit dalam memata-matai rencana teroris.
Menurut pakar teknologi informasi, Onno Widodo Purbo, hal tersebut bisa saja terjadi. "Tidak ada keharusan sebetulnya di Android harus pakai Play Store," kata dia kepada ANTARA News, di Jakarta, Selasa.
"Kalau hanya mau install aplikasi di Android tidak harus dari Play Store," sambung dia.
Aplikasi chat Alrawi kabarnya dibagikan via email kepada para anggota ISIS. Hal itu, menurut Onno, mungkin saja terjadi. "Kalau mau dikirim pakai email sebagai attachment juga bisa, yang penting formatnya .apk saja," ujar dia.
Lebih lanjut, Onno menjelaskan bahwa pengguna Android dapat membuat Play Store sendiri, yang justru merupakan kelebihan dari platform Android yang mengusung sistem pengembangan open source.
"Kita bisa bikin Play Store sendiri kok, contoh yang kelihatan itu Baidu bikin marketplace sendiri. Sebenarnya itu cantiknya open source seperti Android kita bebas dan meredeka," kata dia.
Sayangnya, kelebihan dari open source tersebut sering dimanfaatkan secara tidak benar oleh orang-orang yang kurang bertanggung jawab, termasuk teroris.
Parahnya, konten aplikasi pada platform yang mengusung open source susah dilacak oleh pemerintah. "Susah sepertinya, karena open source itu benar-benar distributed," ujar Onno.
Saat ditanya apakah hal tersebut merupakan tanggung jawab platform, Onno mengatakan, "Sebenarnya tidak ada keharusan aplikasi harus dari Play Store jadi tidak ada yang kecolongan sebenarnya." Sementara itu, saat dihubungi ANTARA News, Communication Google Indonesia, Jason Tedjakusuma, menolak memberikan komentar.
"Saya tidak bisa komentar tentang aplikasi yang dijual di luar Play Store," kata dia.
Para anggota ISIS sebelumnya dilaporkan menggunakan Telegram untuk berkomunikasi. Setelah ditendang dari aplikasi pesan instan tersebut, mereka membuat aplikasi chat baru.
Salah satu aplikasi chat ini adalah Alrawi. Chat yang dibuat terenkripsi itu menjadikan pemerintah dan badan-badan keamanan lebih sulit dalam memata-matai rencana teroris.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: